Jam sudah menunjukkan pukul empat sore, Raya sedang duduk di atas karpet bulu bersama Athar yang sedang memainkan mainan bebeknya. Berbeda dengan kemarin, kini Athar sudahjauh lebih tenang dan jarang menangis. Cukup diberikan mainan untuk ia pegang, maka ia akan diam. Walaupun mainan itiu tak bertahan lama ia pegang karena pegangannya belum kuat. Suara derap langkah kaki tiba-tiba terdengar, Raya menoleh ke arah pintu utama dan melihat Aksa pulang. Sekilas, Raya melihat wajah lesu suaminya itu, jelas sekali ia sangat lelah bekerja. Aksa duduk di samping Raya kemudian berbaring dengan bantal yang bermodalkan paha Raya. Raya mengelus rambut Aksa yang mulai panjang. “Mas, kapan potong rambut? Udah mulai panjang lho ini,” kata Raya. “Nanti, belum mod,” sahut Aksa tenang, lelaki itu memejamk