Nada’s POV Farhan’s calling “Lihat, kalau sahabat harusnya lebih pengertian ‘kan?” Setelah saling melempar ponsel, akhirnya Aa menerima panggilan telepon dari dr. Farhan. “Hm,” jawabnya malas. “Ganda, Asya juga mencintaiku,” seru dokter Farhan dari seberang sana. Aa menjauhkan ponselnya—mulutnya bergerak, tapi tidak bersuara. “Tuh, ‘kan. Emang benalu ini pengganggu,” ujarnya. Aku kembali mendekatkan ponsel ke telinga Aa dan menempelkan telingaku di belakang ponselnya. Melihat remponganku, Aa menjauhkan ponselnya dan menekan pengeras suara membuat aku meringis ke arahnya. “Woi! Dengar nggak?” tanya dr. Farhan setengah berteriak. “Farhan sumpah, kau mengangguku. Aku baru saja akan menikmati—” ujar Aa bermaksud berterus terang membuat aku mencubit perutnya sehingga dia tidak jadi me

