“Kamu baik-baik saja, Sayang?” tanya Aa sesaat setelah aku meminta maaf pada lelaki yang menabrakku. Lelaki itu sudah menjauh seolah tak terusik. Aku mengangguk meyakinkan Aa kalau aku baik-baik saja, tapi aku hanyut dalam lamunanku. Pasti salah lihat, lelaki itu seharusnya masih mendekam di balik jeruji besi. “Sayang, ayo,” seru Aa memperingatiku untuk segera bergaya—seketika aku melupakan lelaki yang tak sengaja menabrakku tadi. Karena diburu waktu kami tak banyak mengambil banyak foto, tapi cukup sebagai kenang-kenangan. Syukurnya setiba di restoran Mama sudah memesan makanan untukku dan Aa juga si embul. Mamaku memang terbaik. “Padahal tadi pengen ke Shibuya Sky juga,” lirihku saat Mama melihat hasil jepretan kami di Shibuya Crossing tadi. Aa mendekat—meraih sebelah tanganku dan m

