Semua terjadi begitu cepat, hampir gila aku memikirkan keteledoranku. Aku menangis tersedu-sedu hingga membuat semua orang bingung melihatku. Aku terus meminta maaf pada Aa hingga dia bingung harus bagaimana dan hanya memeluk menenangkanku. Padahal aku lihat matanya juga tampak berkaca-kaca. Aa bolak balik menghubungi Roni dan Pak Yono bergantian. Tadi kami menelusuri semua area car free day, orang disekitar pun tidak melihatnya. Tidak mungkin turun sendiri karena ada seatbelt yang tidak bisa Ziqri buka sendiri, lalu ke mana? Mungkinkah ada yang menculiknya? Di tengah keramaian begini? Ah! Cerobohnya aku. Memalukan, betapa tidak becus aku menjadi seorang ibu. Dari siang hingga kini menjelang malam aku masih enggan pergi sebelum mendapat kabar dari Pak Yono. “Kita pulang, Sayang,” pin

