Aku masih larut dalam lamunanku, mengingat setiap kejadian di villa malam tadi. Semua berjalan begitu cepat, pergerakan Rio yang tidak terlihat olehku—Roni yang tiba-tiba datang menghajar Rio dan Aa yang tiba-tiba sudah bersimbah darah. Aa bahkan masih saja memikirkanku tanpa sadar pisau sudah menancap begitu dalam di perutnya. Bahkan dia masih sempat ingin membawaku ke tempat yang lebih aman. Entahlah aku tidak paham lagi terbuat dari apa hati suamiku itu. Dini hari ini tadi di saat sudah tidak ada lagi harapan lagi, tuhan memberi keajaiban dengan mengirimkan Kak Damar padaku. Dia bersedia mendonorkan darahnya. Setelahnya kondisi yang tadinya begitu pelik seolah semua akan terhenti malam ini menjadi lebih mudah. Dokter Herman pun tampak kembali bersemangat setelah mendapat tanggapan

