Kentang, Bun!

1214 Kata

Bisa-bisanya aku dikatai si paling cemburu. Memang iya, aku mesti tidak suka melihat wanita lain sengaja mencari perhatian padanya, tapi aku tidak seekstrem dia. Pandai sekali dia menggodaku, membalikkan fakta. Dia bahkan tertawa saat aku menjelaskan kebenaran yang sesungguhnya. Aku yakin dia sadar dengan sikapnya sendiri. Dentingan dari ponselku bersahutan ternyata dari Pak Yono. Beliau memintaku mengirimkan nama serta lokasi panti asuhan ini. Senyumku merekah membacanya, pasti Papa langsung menghubungi Pak Yono. Padahal pesan singkatku tadi hanya beliau baca tanpa di balas. Papaku memang begitu, kurang bicara, tapi langsung bertindak. Aku memperlihatkan pesan dari Pak Yono pada Aa dan dia ikut merekahkan senyumnya. “Aa bicara dengan Damar dan yang lain, ya, Sayang.” Aku mengangguk set

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN