Nada's POV “Sayang, ini belum waktunya. Bisa jadi ini kontraksi palsu—” “Ah! Nggak tahan, pokonya mau ngedan sekarang saja,” bantahku. “Sayang, jangan! Tahan, calm down. Tarik napas dan buang perlahan,” saran Aa. Perlahan, ya, perlahan aku mengikuti arahannya. Seketika ilmuku hilang entah kemana yang tersisa hanya kepanikan hingga aku tidak bisa berpikir jernih. Aa siaga menemaniku, membuatkan s**u hangat untukku dan mengelus lembut pinggang bagian belakangku. Dua jam menahan rasa sakit, meringkuk ke sana kemari. Tepat pukul lima pagi, aku meminta Aa bersiap, sungguh aku tidak tahan lagi. Aku meminta Aa membersihkan diri dan setelahnya mengantarku ke rumah sakit. Lahiran hari ini atau tidak itu urusan nanti, aku benar-benar tidak tahan lagi. Aa menurutiku—masuk ke dalam kamar mandi,

