Tanganku terlalu gatal hingga berakhir menjambak rambutnya. Satpam yang berjaga di dekat lobi rumah sakit mendekat dan memisahkan kami bersamaan dengan Satya yang menarikku menjauh dari si siluman ular. “Dasar wanita gila!” teriaknya sebelum masuk ke dalam mobil miliknya. Dia tampak tak puas karena tak dapat membalasku. Satya membuka pintu mobil Aa dan memintaku masuk, tapi aku masih bergeming. “Terlalu berbahaya, Non. Ingat, saat ini ada sesuatu yang harus Non jaga,” bisiknya. Seketika aku ingat malaikat kecil dalam perutku. Aku mengatur napasku yang masih berderu menahan emosi, lalu masuk ke dalam mobil. Sebelum menutup pintu, aku memberi arahan pada Satya untuk menghubungi Pak Yono. “Bilang pada beliau tidak perlu melacak nomor telepon itu lagi, dia sudah mengaku,” ujarku kemudian

