Bab 3

1649 Kata
Dengan wajah yang tanpa ekspresi Bastian melangkahkan kakinya menuju mobil miliknya. Ia sudah mendapatkan kabar dari Frans yang merupakan orang kepercayaannya jika Frans sudah membawa gadis kecilnya ke penthouse miliknya. Bahkan ketika Frans mengatakan jika ia sudah menemukan gadis kecilnya ia bahkan sudah melimpahkan beberapa pasiennya kepada dokter yang lain agar bisa menggantikan dirinya. Karena yang ada di pikiran adalah ia ingin segera melihat gadis kecilnya untuk pertama kalinya. Ia tak peduli lagi dengan pekerjaannya karena untuk bisa melihat kembali gadis kecilnya ia harus menunggu sangat lama. Dan sekarang kesempatan itu datang. Bastian pun melajukan mobilnya untuk segera sampai ke penthousenya. Ia tak mau menunggu lama lagi sampai ketemu dengan gadis kecilnya. Tak sampai setengah jam Bastian sudah sampai di penthouse miliknya karena ia benar-benar melakukan mobilnya dengan kecepatan yang sangat tinggal agar bisa segera sampai. Ia pun segera melangkahkan kakinya menuju penthousenya. Setelah memasiklan kode untuk bisa masuk ke penthouse miliknya ia pun segera melangkahkan kakinya untuk masuk. "Selamat malam tuan Bastian," sapa Frans yang sudah berada di penthouse Bastian. "Dimana dia sekarang Frans?" tanya Bastian tanpa basa-basi. "Saat ini gadis itu ada di kamar tuan Bastian karena gadis itu pingsan setelah mendapatkan pukulan di kepalanya," jawab Frans tetap tenang. "Shitt...." Lagi-lagi Bastian mengumpat ketika mendengar gadis kecilnya terluka. Bahkan sekarang keadaan pingsan. Tanpa pikir panjang Bastian pun berjalan menuju ke arah kamarnya. Dan sampai disana ia melihat sesosok gadis yang tertidur di atas ranjang. Bastian pun berjalan mendekat dan melihat wajah gadisnya untuk pertama kali. Dan lagi-lagi Bastian terpukau dengan kecantikan gadisnya yang masih sama seperti terakhir kali ia melihatnya. Gadis kecilmya masih seperti gadis kecil berusia 8 tahun yang pernah ia temui dulu. Tapi sekarang ia terlihat lebih cantik dari dulu dan yang pasti lebih dewasa. Ditambah lagi penampilan gadis kecilnya ini membuat gairahnya tiba-tiba muncul hanya dengan melihatnya saja. Bastian pun duduk di samping ranjang untuk melihat wajah gadisnya lebih dekat. Dan ketika ia melihat dekat ia bisa melihat ada bekas tamparan di pipi gadisnya dan juga ada bekas luka di sudut bibir gadisnya yang membuat Bastian marah dan kesal karena ada yang berani melukai wanita dari seorang Sebastian Philip. "Frans," panggil Bastian dengan nada yang marah. Frans yang merasa di panggil pun langsung datang menemui tuannya. "Frans kenapa dia bisa terluka seperti itu? Siapa yang membuatnya terluka seperti itu?" tanya Bastian menatap marah kearah Frans. "Maaf tuan Bastian tadi anak buah pria yang membeli gadis itu memukul wajah gadis itu. Dan saya terlambat datang untuk bisa menyelamatkan gadis itu," jawab Frans dengan hati-hati. Rahang Bastian mengetat ketika mengetahui hal itu. Emosinya Tiba-tiba saja naik ketika mendengar jika gadis yang selama ini ia cari dipukul seperti itu. "Frans hancurkan bisnis pria yang telah bersikap kasar pada gadis saya. Saya mau mereka tak berani berurusan dengan seorang Sebastian Philip. Selain itu hancurkan siapapun yang membuat gadis kecil saya menjadi seperti ini," kata Bastian dengan tegas. "Baik tuan saya akan melaksanakan tugas tuan Bastian. Dan apa perlu kita juga menghancurkan kekasih dari gadis itu? Karena penyebab awal gadisnya tuan bisa mendapatkan perlakuan ini karena kekasihnya itu menjual gadis itu kepada lelaki hidung belang seperti tuan Marcel gara yang saja," kata Frans menambahkan. "Kamu pastikan juga mantan kekasihnya itu mati dan buat keluarganya menderita. Saya ingin ia merasakan neraka yang sebenarnya," perintah Bastian dengan ekspresi yang menyeramkan. "Baik tuan saya akan menjalankan semua perintah dari tuan Bastian," jawab Frans patuh. Tak berapa lama Frans pun pergi dari kamar Bastian meninggalkan sang bos dengan gadisnya. Rahang Bastian sempat mengetat ketika melihat luka di ujung bibir gadisnya. Gadis bernama Laluna Fabrizio itu ternyata jauh lebih cantik dari apa yang Bastian pikirkan. Perlahan ia menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah gadisnya itu. Ia ingin bisa melihat wajah gadisnya itu agar bisa jelas lagi. "Hai little girl," sapa Bastian yang terus menatap kearah Luna. Ia ingat betul bagaimana dulu gadis itu menggenggam tangannya ketika sang ibu sedang mengobati luka-lukanya. Bastian ingat betul kata-kata yang diucapkan gadis itu. "Kakak pasti akan sembuh soalnya ibu akan sembuhin kakak. Jadi kakak jangan takut," kata Luna saat kecil. Dan kata-kata itu terus menjadi motivasi bagi Bastian untuk merubah hidup Bastian hingga ia berhasil menjadi seorang Bastian yang saat ini. Maka dari itu ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ketika ia sudah sukses nanti maka ia akan mencari gadis itu dan juga sang ibu. Tapi ternyata ibu gadisnya itu sudah meninggal dan Bastian kehilangan jejaknya hingga akhirnya ia bisa menemukan gadisnya lagi. "Mulai saat ini aku akan melindungi kamu. Aku gak akan pernah membiarkan siapapun melukai kamu. Jika ada yang melukai kamu maka akan berhadapan dengan aku dan aku pastikan dia akan mati." Bastian mengatakan janjinya kepada Luna. Bastian pun bangkit dari ranjangnya dan mengambil kotak obat yang ada di dekat meja kerjanya. Dengan perlahan ia mengoleskan salep di sudut bibir Luna yang mulai membiru. Kalau Bastian tak memberikan salep besok pagi Luna akan merasa sakit. Setelah ia selesai memeriksa keadaan Luna Bastian pun pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badannya. Karena ia belum sempat membersihkan dirinya setelah dari rumah sakit karena ia ingin segera mengetahui tentang keadaan gadisnya. Dengan rambut yang masih basah Bastian keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai kaos putih dan celana piayamanya. Ia pun memerhatikan Luna sejenak sebelum ia berjalan ke sebuah ruangan misterius di balik kamarnya. Ruangan ini adalah tempat dimana ia berperan sebagai seorang Draco. Jika pekerjaannya sebagai seorang dokter selesai maka ia akan memulai perannya sebagai seorang ketua mafia bernama Draco. Di depannya ada beberapa layar komputer yang memperlihatkan bagaimana kinerja para anak buahnya. Bastian juga melihat bagaimana perkembangan bisnisnya apakah ada masalah atau pun tidak. Dan sejauh ini semua berjalan sesuai dengan rencana dan masih dalam kontrolnya. Tapi walaupun begitu Bastian tetap harus waspada karena banyak musuh yang berusaha menghancurkannya dan juga kelompoknya. Untung saja Bastian memiliki Frans dan juga Franda yang menjadi orang kepercayaannya. Mereka berdua sangat membantunya dalam bisnis ini karena mereka berdua adalah orang-orang yang sudah dia anggap keluarganya sendiri. Sudah satu jam lamanya Bastian berada di ruangan itu untuk memantau kinerja anak buahnya dan juga melihat rencana bisnis kedepannya. Dan sejauh ini Frans sudah melakukan hal yang benar. Bastian pun kembali ke kamarnya dan ia berjalan mendekat kearah Luna. Dan gadisnya masih juga belum sadarkan diri. Jam menunjukkan pukul 12 malam dan Bastian pun ikut membaringkan tubuhnya di samping Luna. Sinar matahari masuk di celah-celah jendela. Di ranjang Luna masih belum sadarkan diri. Dari arah luar Bastian sudah rapi memakai baju dokternya. Ia melihat keadaan Luna dan juga memeriksa keadaannya. Bastian mengecek suhu tubuh dan juga tekanan darahnya dan kondisinya juga sudah membaik. Ketika Bastian sedang memeriksa keadaan Luna tiba-tiba Luna membuka matanya. Luna yang belum sepenuhnya sadar pun merasa bingung karena tak tahu ia dimana. Dan yang membuatnya bingung ketika ada seorang laki-laki tampan ada di depannya. "Aku dimana?" tanya Luna dengan suara yang serak. Bastian pun belum menjawab pertanyaan dari Luna. Ia masih takjub melihat mata coklat yang dulu membuat Bastian jatuh cinta pada gadisnya. "Sakit...." Luna mengaduh kesakitan karena ia merasa kepalanya sakit. Bastian pun bangkit dari ranjangnya dan menuju kotak obatnya untuk mencari obat untuk mengurangi sakit kepala yang dialami Luna. "Minum obat ini biar sakit kepala kamu hilang," kata Bastian sambil memberikan obat kepada Luna. "Anda siapa?" tanya Luna lagi sambil memegang kepalanya yang sakit. "Minum saja obatnya," kata Bastian tanpa mau dibantah. Karena rasa sakit kepalanya yang semakin menyengat membuat Luna pun langsung meminum obat itu. Dan tak lama sakit kepalanya pun mulai mereda dan perlahan ia pun kembali terlelap tidur kembali. Saat ini Bastian sedang berada di ruang makan dan tampak Bastian sedang menghubungi seseorang. "Franda ke penthouse kakak sekarang," perintah Bastian. "Ada apa kakak ingin aku datang ke penthouse milik kakak? Apa ada sesuatu yang penting kak?" tanya Franda yang kaget ketika sang kakak memintanya datang kesini. "Datang saja kesini nanti kakak katakan apa yang kamu lakukan," kata Bastian yang tidak di bantah. "Ok kak aku akan kesana sekarang," jawab Franda patuh. Sambungan telepon pun selesai. Dan saat ini Bastian sedang meminum kopinya. "Kenapa tuan Bastian meminta Franda datang kesini?" tanya Frans yang sudah berada disini. "Franda akan menjaga Luna untuk sementara. Kita tak mungkin meminta orang lain untuk menjaga Luna karena tidak ada yang tahu tentang penthouse ini. Kamu juga tidak mungkin terus mengurusi dia karena kamu juga harus mengerjakan banyak pekerjaan. Jadi hanya Franda yang bisa menjaga Luna untuk sementara," kata Bastian santai. "Kenapa tuan tak mengatakan identitas tuan yang sebenarnya pada gadis itu? Bukannya lebih baik dia tahu siapa tuan sebenarnya?" tanya Frans yang bingung dengan sikap bossnya ini. "Tidak sekarang Frans. Kita tunggu sampai kondisinya membaik. Pastikan kamu jaga keamanan di sekitar penthouse ini. Karena setelah ini Luna akan menjadi orang yang harus saya lindungi. Walaupun saat ini para musuh kita tak tahu identitas saya yang sebenarnya tapi tetap saja kita harus tetap waspada. Karena mungkin saja di suatu hari ini akan ada orang yang tahu identitas saya yang sebenarnya. Dan mereka akan tahu jika Luna adalah orang terpenting di hidup saya. Secara pasti mereka akan menjadikan Luna target untuk menghancurkan saya," kata Bastian dengan ekspresi yang tegang. Frans sempat kaget dengan ekspresi yang bosnya ini tunjukkan. Karena sang bos tak pernah menunjukan ekspresi seperti ini. Dan itu membuat Frans sedikit bingung. "Baik tuan saya pastikan keamanan di sekitar penthouse akan di perketat. Dan saya akan menambah beberapa cctv agar tuan bisa secara langsung mengawasi keadaan," kata Frans mencoba memberi pendapat. "Lakukan apapun yang menurut kamu baik Frans. Karena saya tahu jika kamu sudah tahu apa yang harus kamu lakukan," jawab Bastian memuji kinerja Frans. "Terima kasih tuan atas kepercayaannya," kata Frans yang terlihat bangga. Bastian memang harus berpikir jauh ke depan karena tak mungkin membiarkan Luna dalam bahaya. Ia masih memiliki pantai rencana karena mulai detik ini Luna adalah yang harus ia jaga dari segala hal yang melukainya. Karena Bastian sudah menetapkan Luna sebagai miliknya. Wah Bastian sudah mulai bertindak... Gimana reaksi Luna nanti ya? See you next chapter... Happy reading.....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN