Selepas kepergian Sonia, Silvia masih duduk di kursi kebesarannya. Bahkan 10 menit yang lalu, sekretarisnya memberikan laporan bahwa investor dari luar negeri yang muslim terancam menarik sahamnya. Padahal, sejak tampuk kepemimpinan dipegang oleh Silvia inilah, untuk pertama kalinya investor muslim asing mau menanam saham di perusahaan papinya. Silvia bangkit, meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Ia melirik meja Nida yang kosong. Wanita itu masih sangat sibuk dengan tugas darinya. Apalagi kalau bukan mencari tahu penyebar foto itu. Nida memang sekretaris pribadinya yang handal. "Anda mau kemana, Nona?" Rika, yang juga sekretarisnya ikut berdiri melihat Silvia yang hendak keluar. "Saya mau keluar, ada sesuatu yang harus saya kerjakan." "Mohon maaf, Nona. Ibu Nida bilang di luar ma