Silvia memijat kepalanya yang terasa berat. Akhir-akhir ini pekerjaan begitu banyak. Jadwalnya sangat padat. Sekuat apapun dirinya, tetap saja, mengurus perusahaan besar seperti ini cukup menguras tenaga dan pikirannya. Sebulan ini ia bolak balik Indonesia-Singapura. Selain menjenguk Papi, ia juga memantau cabang perusahaan di sana. Melihat kondisi Papi saat ini ia sangat bersyukur, Papi sudah tidak dirawat. Bahkan beliau bermaksud akan segera terjun kembali ke perusahaan. Hanya saja, Silvia harus memastikan Papinya benar-benar sembuh total. Ponselnya berdering. "Ya, hallo Nid? Ada apa?" Sekretaris pribadinya menelpon ternyata. Nida berlainan agama, jadi ia tak bisa mengucapkan salam seperti pada seorang muslim. "Sebelumnya saya mohon maaf, Nona." "Katakan saja, tak apa. Sudah kubilang