Bagai gemuruh yang saling bersahut-sahutan, seperti itulah suasana hati yang Sadam rasakan saat ini. Sadam sadar, iya tidak berhak untuk marah atau merasa dikhianati karena antara dia dan Adel dari awal memang tidak memiliki hubungan apa-apa. Dengan langkah pasti, akhirnya Sadam memutuskan untuk menghampiri meja di mana Adel dan Tian saat ini berada. "Ternyata, teman yang kamu maksud itu adalah Pak Tian. Benar begitu Adelia?" Ucap Sadam seketika membuat Adel dan Tian menoleh ke arahnya. "Pa-pak Sadam, ternyata Anda ada di restoran ini juga?" Tanya Adelia yang terbata-bata ketika iya melihat Sadam yang saat ini berdiri di hadapannya. "Hai Dam! Sama siapa lho ke sini? Sendirian saja?" Tanya Tian dengan begitu santainya seolah-olah tidak terjadi masalah. "Kamu belum menjawab pertanyaan