BYAN POV. Bergelut dengan setumpuk pekerjaan yang enggak selesai sedari tadi membuat gue merasa jenuh. Penat gue semakin bertambah dan kepala gue rasanya pusing kliyeng. Gue memeriksa pukul berapa sekarang, ternyata sudah pukul dua puluh satu. Sudah dua jam gue di sini dan meninggalkan Luna yang sakit sendirian di kamar. Gue berniat kembali ke kamar untuk bergabung dengan Luna. Gue harap dia sudah mendingan dari sebelumnya. Sebisa mungkin gue membuka pintu kamar dengan sangat pelan agar tidak membangunkan Luna. Sesampainya di dalam kamar, gue terkejut melihat Luna yang sedang menangis. "Sayang, kenapa nangis?" tanya gue panik. Luna hanya diam tidak menjawab pertanyaan gue. Air matanya masih mengucur di kedua sudut matanya. Gue meraih tubuh Luna kemudian mendekapnya ke dalam pelukan