Kepulan asap dari pembakaran jagung mulai bergabung dengan kabut malam itu. Beberapa meter ke sebelah kiri dari alat pembakaran dan laki-laki paruh baya yang sedang fokus mengipasi jagung, Nadira dan Ariano duduk bersebelahan di atas dua buah kursi plastik. Berlatar belakang langit malam Puncak yang dingin, menanti jagung pesanan mereka selesai diproses. Nadira merapatkan blazernya untuk menghalau udara dingin yang mulai membuat bibirnya gemetar. Tidak menyangka bahwa ternyata Puncak akan sedingin itu malam hari. Lagipula mereka memang datang tanpa persiapan, setidaknya Nadira. Ia tidak membawa pakaian yang cukup hangat malam itu untuk melawan dinginnya udara ditambah terpaan angin malam yang berhembus. Di sebelahnya, Ariano tidak jauh berbeda. Lelaki itu juga hanya memanfaatkan