PoV Chintya: "Kamu nggak jijik?" Arshaka menghentikan pergerakan tangannya di saat baru saja membuka kaosnya. Semalam kami bercerita tanpa melakukan apa-apa dan pagi ini lelaki itu meminta haknya sebagai seorang suami. Sebagai seorang istri, aku tentu saja harus melakukan kewajibanku. "Jijik? Kenapa emangnya?" tanyaku mengernyit. Arshaka meraih tanganku dan menuntunnya menuju ke arah perutnya, lalu bagian tangannya juga. "Ada bekas luka di sini. Aku takut kamu nggak nyaman ngeliatnya." Dia yang awalnya bersemangat menyentuhku, tiba-tiba tampak tidak percaya diri. Aku tersenyum dan mengusap beberapa bekas luka pada beberapa bagian tubuhnya. "Bagiku menikah itu artinya aku siap menerima segalanya, kekurangan dan kelebihan pasanganku. Dan aku harap kamu juga sebaliknya” "Tapi kamu ng