Case Development XXI: The Dangerous Place is the Safest

1706 Kata
Gadis kecil bernama Bai Lu itu dibawa ke Badan Forensik Shanghai setelah letnan Chen berhasil mendapatkan persetujuan dari dokter Gu agar dokter itu mau mengautopsi Bai Lu atas permintaan Bai Rong. Pihak rumah sakit juga tidak melakukan apa-apa karena ini adalah permintaan dari wali korban sendiri. Persuratan telah diurus dan proses autopsi ini merupakan proses yang legal. Letnan Chen dan kedua juni-o-rnya masih berada di Badan Forensik Shanghai untuk menemani Bai Rong. Selang beberapa saat, dokter Gu dan Jin Ling beserta Fu Pei memasuki ruang autopsi. Ketiga orang itu telah memakai pakaian khusus, dan tepat pukul enam sore, dokter Gu memulai proses autopsinya. Hati Bai Rong tentu saja seperti di sayati oleh pisau bedah saat dia melihat tubuh putrinya yang kurus dibelah menggunakan pisau bedah. Dokter Gu juga memahami perasaan seorang ibu walaupun dia bukanlah seorang wanita. Melihat tubuh kecil gadis yang tengah berada di meja autopsinya itu, dokter Gu merasakan kepiluan tumbuh di dalam hatinya. Dokter ceria itu biasanya selalu mengoceh dan berkata ini dan itu. Bahkan ketika tangannya sibuk dengan mayat, dia akan tetap mengatakan beberapa ratus kata. Namun kali ini dia tampak diam dan tidak bersuara, hanya mengatakan tanda-tanda medis yang dia temukan ditubuh Bai Lu. Hal ini juga dirasakan oleh Jin Ling dan juga Fu Pei, keduanya saling menatap tanpa mengeluarkan komentar apapun. "Apakah kau sudah mencatat semua?" Tanya dokter Gu pada Fu Pei yang bertugas untuk mencatat hal-hal yang ditemukan oleh dokter Gu ketika proses autopsi berlangsung, seperti berat jantung dan kondisi tubuh lainnya. Fu Pe mengangguk, dia berkata, "Aku sudah mencatat nya dokter." Proses autopsi seorang gadis kecil tidak memerlukan waktu yang lama jika dibandingkan dengan proses autopsi yang biasanya dokter Gu lakukan pada mayat orang dewasa. Dokter Gu merapikan kembali apa yang telah dia buka. Tangannya dengan lembut menjahit sayatan demi sayatan yang telah dia buat sebelumnya. Dan begitu selesai melakukan semua itu, dokter Gu menatap wajah gadis itu. Gadis kecil itu memiliki kulit putih, namun kulit itu telah berubah menjadi putih pucat persis seperti kulit yang biasa terdapat pada orang yang tidak bernyawa lagi. Bibirnya juga pucat, mungkin bibir kecil anak malang itu tidak pernah tidak pucat semenjak dokter memvonisnya menderita Leukimia. Dokter Gu membeli kepala gadis yang tak bernyawa itu lagi dan berkata, "Lahirlah kembali dan tumbuhlah untuk melihat dunia di kehidupan berikutnya. Penderitaan mu sudah berakhir nak. Beristirahatlah dengan tenang dan jaga ibumu dari surga sana." Begitu selesai melakukan autopsi, dokter Gu kemudian pergi menemui ibu gadis itu. Ada letnan Chen dan dua remaja lainnya. Dokter Gu membuka skullcaps (topi bedah) sementara mulutnya berkata, "Nyonya Bai, gadis kecil itu murni meninggal karena gagal jantung. Tidak ada unsur lain yang bisa menyebabkan nya meninggal." "Tapi tadi malam dia benar-benar baik-baik saja dokter." Ujar Bai Rong. Dokter Gu, "Gadis manis itu menderita Leukimia akut dan dia telah menjalani terapi yang cukup lama. Apakah aku benar?" Bai Rong mengangguk, "Itu benar." "Obat yang digunakan dalam terapi Leukimia adalah obat yang memiliki efek samping tinggi dan itu memang sudah sewajarnya terjadi. Seseorang yang dalam tahap terapi akan menumpuk racun akibat obat yang dimasukkan ke dalam tubuhnya. Tetapi tubuh gadis ini masih sangat kecil dan dia sangat lemah. Antibiotik Doxorobicin yang digunakan dalam terapi penderita Leukimia akut memiliki efek samping dan akan mempengaruhi kinerja jantungnya." Dokter Gu berkata, "Kondisi Bai Lu sudah tidak baik-baik saja kemarin. Hanya saja.." Dokter Gu mengerutkan keningnya, dia menggaruk pelipisnya menggunakan jari telunjuknya, tidak tahu bagaimana harus menyampaikan hal ini pada Bai Rong yang sejatinya adalah seorang ibu. Tetapi dokter tetaplah dokter yang harus mengatakan kebenaran, dokter Gu berkata, "Aku rasa Bai Lu ingin meninggalkan kesan yang mendalam untukmu dan dia tidak ingin membuatmu sedih. Jadi dia memaksakan dirinya untuk terlihat baik-baik saja. Hanya ini yang bisa aku katakan aku turut berdukacita atas kepergian putri mu nyonya." Tangis Bai Rong akhirnya pecah begitu dia mendengar statemen dari dokter forensik yang telah mengautopsi putrinya. Dia tidak lagi marota-ronta dan meminta penjelasan. Ibu tunggal itu langsung membawa putrinya untuk segera dimakamkan. Penyelidikan kasus Song Manchu masih terus berlanjut, kali ini letnan Chen, Jing Yi dan Si Zhui pergi ke Pudong, disanalah rumah pemakaman yang kakek-neneknya berada. Rumah pemakaman yang disebutkan oleh mendiang putri nyonya Song memang terlihat cukup mencolok. Bisa dikatakan bahwa orang-orang yang abunya disimpan di rumah pemakaman itu adalah orang-orang kelas atas yang tinggal di distrik Pudong. Namun aura suram langsung menyambut ketiga orang itu begitu salah satu petugas yang ada di rumah pemakaman berkata, "Apa yang ingin kalian lakukan? pakah kalian juga akan memeriksa abu mereka dan membawanya ke Badan Forensik Nasional?" Kata-kata penjaga rumah pemakaman itu terdengar sinis. Nampaknya dia telah mengetahui pemberitaan tentang kasus yang tengah menjadi sorotan publik ini. Melihat sikap petugas rumah pemakaman yang sangat sensitif itu, Jing Yi yang sejatinya bukanlah orang yang penyabar tidak bisa tidak berkomentar. Dia berkata, "Kami adalah polisi dari Unit Kejahatan Kepolisian Shanghai. Kami di sini untuk mencari bukti." "Ini adalah surat perintah." Kata letnan Chen, "Kasus ini terkait dengan kasus penyebaran narkoba. Aku yakin paman pasti mengetahui kasus ini melalui stasiun televisi ataupun melalui internet. Jadi mohon kerjasamanya dan tidak membuang-buang waktu kami." "Apa yang ingin kalian cari di sini? Di sini hanya ada abu, foto ataupun barang-barang kesayangan dari para mendiang. Lagi pula orang yang kalian cari itu tidak berada di sini. Bukankah dia Song Manchu yang seharusnya kalian cari? Untuk apa kalian datang ke pemakaman orang tuanya?" Pria berusia sekitar lima puluh hingga lima puluh dua itu masih terus mengoceh membuat Jing Yi merasakan sakit kepala menyerangnya. Letnan Chen berkata dengan tenang, "Kami akan memeriksa guci yang menyimpan abu mendiang orang tua Song Manchu. Aku berharap paman bisa bekerja sama dengan kami dan memohon tunjukkan di mana mereka berada." Alasan yang diberikan oleh petugas pemakaman itu memang masuk akal. Tidak ada alasan lain dari petugas pemakaman itu untuk tidak membiarkan mereka masuk. Alasan itu hanyalah takhyul yang berkembang dalam pemikirannya. Bahwa seseorang yang telah meninggal tidak bisa diganggu lagi. Tetapi melihat ketiga polisi muda itu masih bersikeras, akhirnya dia tidak memiliki pilihan lain dan menunjukkan tempat dimana abu mendiang orang tua Song Manchu berada. "Kalian periksa saja sendiri. Aku tidak ingin ikut campur." Kata petugas itu dengan acuh tak acuh. Dia kemudian tampak berkomat-kamit dan terlihat merapalkan beberapa sutra ataupun doa sebelum akhirnya meninggalkan tiga orang petugas polisi yang lahir di era modern itu. Jing Yi hampir saja membuat kesalahan dengan membuka kotak kayu berisi guci abu orang mati itu dengan tangan kosong. Beruntung Si Zhui yang sigap segera menepuk bahunya dan memberikan sarung tangan latex untuknya. Jing Yi si manusia modern yang tidak mempercayai tahayul langsung membuka kotak kayu yang di dalamnya berisi guci. Guci itu tertutup rapat, di samping guci berwarna putih dengan tulisan mandarin kuno yang tidak bisa dibaca oleh manusia modern semacam Jing Yi ataupun Si Zhui, ada foto keluarga. Itu adalah foto keluarga besar Song, ada pula bunga yang sudah tampak layu di samping foto itu. Seorang anak kecil tampak tersenyum, memegang tangan kakek dan neneknya. Bisa dipastikan bahwa gadis kecil itu adalah Song Qiaotong kecil. "Aku akan membukanya sekarang." Kata Jing Yi. Letnan Chen mengangguk dan Jing Yi membuka guci itu. Sama seperti yang telah di harapkan, tentu saja abu langsung menyembur keluar, mengeluarkan bau aneh yang tidak biasa. Namun dibalik semua itu ada sesuatu yang terkubur. Itu adalah flashdisk yang dimaksud oleh Song Qiaotong. "Kita menemukannya!" Kata Jing Yi. Letnan Chen menggangguk dan berkata, "Sebelum kita pergi, ayo rapikan kembali tempat ini." Ketiga orang itu akhirnya pergi dari rumah pemakaman. Mereka langsung menuju ke kantor polisi untuk mengecek isi dari flashdisk yang mereka dapatkan. Begitu flashdisk dimasukkan ke dalam laptop, sebuah file muncul. Itu adalah file video. Di file video yang sedang diputar itu, ada dua orang tengah yang tengah berdebat. Kondisi video itu tidak cukup bagus, nampaknya video itu diambil di waktu senja dan ketika hujan turun. Ketika video diperbesar, dengan jelas letnan Chen, Jing Yi, dan Si Zhui melihat bahwa orang yang berada di dalam video itu adalah mantan presdir Song Group yang tidak lain adalah ayah dari Song Manchu dan Song Manchu sendiri. Ketiganya tidak bisa mendengar apa yang sedang mereka perdebatkan. Namun ketika video yang diambil dari ponsel itu mencapai menit kedua, terlihat bahwa ayah Song Manchu pergi meninggalkan Song Manchu dengan terburu-buru. Keduanya berbicara di sebuah taman yang ada di salah satu gedung milik Song Group. Entah karena kecelakaan atau hal lain, namun di menit ke tujuh ayah Song Manchu itu nampak jatuh! Dan ketika Jing Yi memperbesar videonya dan mengulangi apa yang terjadi di menit keenam, maka bisa terlihat bahwa Song Manchu mengambil sebuah batu besar yang berada tidak jauh dari tempat dia berdiri dan menghantamkan batu itu ke kepala ayahnya. "Dia dibunuh!" Kata letnan Chen." "Bukankah hasil autopsi mengatakan bahwa Song Manchu meninggal karena terpeleset dan kepalanya..." Jing Yi langsung menghentikan ucapannya. Letnan Chen melanjutkan, "Apa bedanya? Tidak ada bedanya jatuh dan kepala mengenai batu, atau kepala dihantam dengan batu. Selama batu itu tidak ditemukan ataupun adanya bukti lain yang sengaja dibuat untuk menutupi kasus ini, maka dokter forensik pun tidak akan bisa menemukannya." Letnan Chen berdiri dari kursinya dan menatap kearah luar jendela, dia berkata, "Aku juga mendengar bahwa dokter yang mengautopsi mayat Song Manchu telah meninggal. Selain itu, tidak ada bukti lain yang bisa didapatkan selain video ini. Namun kasus utama yang kita tangani adalah kasus narkoba yang melibatkan Song Manchu. Tetapi kita tidak bisa melewatkan kasus ini juga, kita harus menangkap Song Manchu secepatnya." "Itu benar, dia benar-benar bukan manusia. Dia melakukan hal keji pada istrinya dan dia juga melakukan pembunuhan pada ayahnya. Aku tidak heran." Jing Yi menyilangkan tangannya, "Mengapa dia meninggalkan putri kandungnya seperti itu dan tidur bersama wanita lain bahkan ketika istrinya belum lama di kremasi? Selain itu, kenapa Song Qiaotong bisa merekam kejadian ini? Apakah ini murni adalah kebetulan." Si Zhui, "Aku tidak tahu. Dia tidak mengatakan apa-apa lagi padaku." Letnan Chen tiba-tiba terpikirkan sesuatu ketika dia mendengar kata 'kremasi' keluar dari mulut adik sepupunya, Jing Yi. Dia bergumam, "tempat dimana dia menyembunyikan sesuatu.., tempat yang berbahaya adalah tempat yang paling aman." Letnan Chen bertanya, "Di mana abu nyonya song disemayamkan?" Pertanyaan letnan Chen itu belum terjawab, tetapi telponnya sudah terlebih dahulu berbunyi. Suara wanita terdengar melalui sambungan telepon, "Letnan, ini aku Bai Rong. Aku ingin mengungkapkan sesuatu perihal Presdir Song."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN