Housemate

1686 Kata
Karena kelelahan dan tak sempat beristirahat, dokter Gu akhirnya pulang kerumah barunya. Setelah mandi dan membersihkan dirinya, dia membongkar semua barangnya yang ada di dalam koper. Setelah mengganti pakaiannya, dokter Gu lalu bergegas tidur tanpa merapikan pakaiannya yang berserakan. Tempat tidurnya begitu nyaman, bahkan spreinya berbau cendana yang menyejukkan, membuat mata dokter tampan itu akhirnya menutup saat jiwanya mulai memasuki dunia mimpi. Namun selang beberapa saat, pintu kamar tiba-tiba terbuka. Suara berderit dari pintu memecah keheningan malam. Kamar yang tadinya gelap kini tiba-tiba menjadi terang, seseorang tengah berdiri dan menatap ke arah dokter Gu yang akhirnya membuka matanya. Dokter Gu mulanya mengira bahwa kejadian itu hanyalah sebuah mimpi, tapi nyatanya itu bukan. Dokter Gu menggosok matanya berkali-kali untuk memastikan apa yang dilihatnya itu bukanlah mimpi. Pandangan dokter Gu masih samar dan dia masih setengah sadar ketika dia berkata, “Kau siapa? Jin Ling, kau kah itu?” Mata dokter Gu yang masih mengantuk perlahan terbuka, pandangan yang mulanya samar-samar perlahan mulai jelas. Dokter Gu Wei melihat sosok tinggi berbadan ramping, wajah tampan tapi dingin tanpa ekspresi, sungguh sosok yang familiar baginya. "Letnan Chen?" Dokter Gu tiba-tiba tertawa terpingkal-pingkal. Letnan Chen, "…." Dokter Gu, "Ini tidak mungkin dia? Aku pasti bermimpi karena aku bergosip tentangnya tadi." "Apa yang dokter Gu lakukan disini?" Suara letnan Chen sangat dalam dan serak, membuat suasana tengah malam terasa horor. “Letnan Chen? Ini benar-benar kau?!! Apa yang kau lakukan disini?” Dokter Gu akhirnya sadar dan segera melompat dari tempat tidur milik letnan Chen begitu dia melihat letnan Chen berdiri di depan pintu dengan wajah tanpa ekspresi. Letnan Chen akhirnya bersuara setelah menghela napas yang tidak terlihat, “Seharusnya aku yang bertanya, kenapa dokter Gu ada di kamarku.” “Kamarmu..?” Dokter Gu masih terlihat kebingungan. Pandangan dokter Gu menyapu seluruh buku yang ada di rak. Lampu di atas kepalanya tiba-tiba menyala seperti yang biasa muncul di film kartun.Hingga akhirnya dokter Gu Wei sadar, telah terjadi kesalahpahaman antara mereka! Jin Ling yang sebelumnya menjadi roommate Letnan Chen Yu tidak mengatakan apa-apa, dan secara tidak sengaja dokter Gu Wei masuk ke rumah itu tanpa sepengetahuan Letnan Chen. Singkat kata, Jin Ling adalah sumber kesalahpahaman ini bermula. Pemuda itu seharusnya memberitahu kedua belah pihak, tapi dia sama sekali tidak melakukan hal itu. Dokter Gu, "…." Karena telah memahami situasinya, dokter Gu mengutuk Jin Ling di dalam hati sebelum akhirnya tersenyum canggung pada letnan Chen. Dokter Gu kemudian dengan ramah mengulurkan tangannya pada letnan Chen, “Jadi kau adalah roommate Jin Ling yah. Ah iya, aku pindah kesini menggantikan Jin Ling. Aku harap kita bisa berkawan Letnan Chen.” Dengan tampang dinginnya itu letnan Chen Yu membalas uluran tangan dokter Gu. Tanpa banyak bertanya, letnan Chen Yu langsung bergegas masuk ke kamarnya. Tapi langkahnya terhenti karena pakaian-pakaian yang berserakan di lantai kamarnya yang semula bersih dan rapih. Letnan Chen Yu membalikkan badannya dan berbicara lagi, “Tolong bereskan barang-barang dokter yang ada di kamarku. Kamarmu ada disebelah kamarku.” Dokter Gu, “Ah, aku akan….eh?” Dokter Gu, "…." Letnan Chen bahkan sudah keluar dari kamarnya bahkan sebelum dokter Gu menyelesaikan kalimatnya. Dan tentu saja, secara alami, wajah tampan dokter Gu seketika menjadi masam dan jengkel. Dengan wajah jengkelnya itu dokter Gu membereskan semua kekacauan yang dia buat dikamar Letnan Chen. Tangan dan mulutnya kompak bekerja, di saat kedua tangannya melipat semua pakaiannya secara asal-asalan dan memasukkannya ke dalam koper, mulut dokter Gu dengan alami terus mengoceh dan mengutuk Jin Ling di waktu yang bersamaan. Dan seperti dugaan, dokter Gu juga tidak akan melewatkan kutukannya pada letnan Chen, “Dasar kaku, kenapa dia dingin sekali? Memangnya dia hidup di zaman batu? Ah bocah itu, dasar Jin Ling, awas kau besok!” Tanpa bicara, Letnan Chen sudah mengisyaratkan dokter Gu untuk menyingkir dari kamarnya. Dokter Gu, "Baiklah, baiklah, aku sudah selesai." Letnan Chen Yu berdiri di depan pintu kamar dengan wajah tanpa emosi. Melihat manusia kaku seperti patung Voodo yang menyeramkan, dokter Gu secara alam merasa terintimidasi. Dokter Gu segera menarik kopernya dan keluar dari kamar yang bersih itu. Dia kemudian masuk ke sebuah kamar yang berada disamping kamar Letnan Chen. Dokter Gu, “…. Wajah dokter Gu menunjukkan ekspresi yang seratus persen berbeda ketika dia pertama kali masuk ke dalam kamar letnan Chen. Perubahan dari ekspresi riang menjadi ekspresi yang tak terdefinisikan. “Wah, wah, lihatlah kamar bocah itu. Ini bahkan lebih buruk dari kamarku dulu! Kenapa kotor sekali? Bocah itu harus aku beri pelajaran besok.” dokter Gu hampir memaki di tengah malam. Sementara dokter Gu masih kesal akibat ulah Jin Ling, di sisi lain, Letnan Chen mulai mengerutkan dahinya. Letnan muda nan tampan itu memanglah orang yang amat sangat kaku, jarang bicara dan suka ketenangan. Itulah sebabnya Jin Ling yang awalnya adalah roommate letnan Chen Yu memutuskan untuk pindah. Jin Ling tidak tahan dengan keheningan. Dan parahnya, pengganti Jin Ling adalah orang yang lebih parah. Jin Ling masih akan menurut ketika letnan Chen menyuruhnya untuk tenang, tapi dokter Gu Wei bukanlah orang yang sama. Dia akan terus-terusan membuat keributan, dia bahkan akan tetap mengeluarkan suara walau tidak ada orang yang ditemaninya. Begitulah yang di alami oleh letnan Chen sekarang, dan kemungkinan besar akan dia alami di masa-masa mendatang. Yah, kamar mereka berdua hanya dipisahkan oleh dinding, dan tentu saja semua ocehan yang keluar dari mulut dokter Gu saat ini terdengar sampai ke kamar letnan Chen. Dokter Gu mengganti sprei Jin Ling yang bau dengan sprei baru yang ada di lemari. Saat tangannya masih sibuk dengan sarung bantal, mulutnya juga tengah sibuk mencela, “Wah, Jin Ling, awas kau bocah tengik!" Dokter Gu kini telah berubah menjadi ibu rumah tangga yang pemarah karena ulah anaknya. Memaki dan mencaci disana sini, sementara tubuhnya bekerja. Letnan Chen masih duduk di atas ranjang kamarnya, dari balik dinding dia mendengar suara kutukan itu. Letnan Chen, “…..” Dokter Gu kembali mengomel setelah dia meletakkan selimut barunya, “Yo! Serangga bahkan tidak akan mau tinggal dikamar ini. Bocah tengik itu, aku harus sabar. Gu Wei kau adalah orang yang sabar dan bijak sana, jadi kau harus bertahan.” Letnan Chen di kamar sebelah, “….” Bagaimana mungkin orang sabar terus mengomel dan mengutuk?! Dari balik dinding kamar yang membatasi kedua kamar, terdengar suara dokter Gu yang tengah mengomel, dan di waktu yang bersamaan dia juga tengah menyemangati dirinya sendiri. Dan secara alami, keributan seperti inilah yang membuat letnan Chen geram, dia mengambil bantalnya dan menggunakannya untuk menutup telinganya. Beruntung saat itu sudah tengah malam sehingga dokter Gu tidak akan mengoceh terlalu lama. Dia segera tidur begitu selesai membersihkan kandang babii milik Jin Ling. Hingga tanpa terasa fajar telah menyingsing dan menerangi cakrawala dengan sinar hangatnya. */ Sudah pukul 8 saat dokter Gu baru saja bangun, sementara itu Letnan Chen yang sedari tadi bangun baru saja kembali dari lari paginya. Dokter Gu adalah orang yang ceria, orang yang mudah melupakan kejadian menjengkelkan tadi malam. Begitu pintu rumah terbuka dan letnan Chen masuk, dokter Gu dengan ramah memanggil Letnan Chen dan menyuruhnya untuk sarapan bersama. Di meja makan yang kecil itu sudah ada telur mata sapi, dua mangkuk bubur hangat, sosis dan beberapa sayuran lainnya. “Eh, letnan Chen Yu, kemarilah aku sudah membuatkanmu sarapan.” Dokter Gu tersenyum ketika dia menyuruh letnan Chen untuk duduk. Dokter Gu masih memakai celemek saat dia menuang s**u di dalam gelas sambil berkata, “Aku menggunakan bahan-bahanmu di kulkas, aku harap kau tidak keberatan.” Sudah terlambat! Dokter Gu sudah menggunakan bahan-bahan itu dan dia meminta izin setelah itu. Sungguh tidak berguna. Letnan Chen, "…." Walau berkepribadian dingin dan terlihat tak tersentuh, letnan Chen bukanlah orang jahat yang akan menyakiti hati orang lain. Tanpa banyak bicara, dia membuka jaketnya dan duduk dikursi makan bersama dokter Gu Wei. "Kau lari pagi yah?" Tanya dokter Gu. “En.” Letnan Chen menjawab sebelum akhirnya mengaduk bubur biji teratai yang ada di dalam mangkuknya itu dengan tujuan mendinginkannya. Dokter Gu, "Memang seseorang dari akademi polisi haruslah memiliki kemampuan seperti itu." Kemampuan seperti apa? Kemampuan untuk berlari pagi? Itu adalah aktivitas yang tidak memandang dari akademi mana seseorang berasal? Dokter Gu berkata omong kosong lagi! Dokter Gu diam-diam menunggu reaksi letnan Chen saat dia melihat letnan tampan itu mengambil sesendok bubur hangat buatannya, dan secara tidak sabar dia bertanya, “Bagaimana? Apakah itu enak? Aku tidak menaruh banyak garam karena aku takut kau memiliki tekanan darah tinggi. Aku juga tidak menggunakan minyak wijen dan lebih memilih minyak zaitun sebagai campuran sayurannya. Ahahaha, maafkan aku." Dokter Gu berkata dengan suara canggung, "Aku memang sedikit over talk active." Letnan Chen, "…." Letnan Chen menghela napas sebelum akhirnya berkata, “Ini enak. Terima kasih atas sarapannya.” Keduanya sarapan bersama untuk pertama kalinya. Letnan Chen makan dengan tenang dan tanpa membuat keributan, mungkin dia takut jika ludahnya akan jatuh ke makanan dan membuat dokter Gu jijik. Tapi dokter Gu tentu saja tidak akan mengunci mulutnya, itu adalah hal yang mustahil dilakukan ketika dokter Gu Wei masih sadar. Menghapus kata "sedikit" dari kalimatnya sebelumnya mungkin adalah ide yang tepat. Over talk active lebih cocok digunakan untuk mendeskripsikan perilaku dokter Gu. Ya, dokter Gu terus berbicara, menanyakan tentang hal ini dan itu pada letnan Chen. “Aku akan berbelanja nanti, apakah letnan Chen mau makan sesuatu? Kau jangan khawatir, aku bisa memasak. Sewaktu kuliah di Shanghai aku yang akan selalu memasak.” Dokter Gu tersenyum cerah saat dia berbicara. Tapi letnan Chen yang kaku hanya bisa menjawab dengan 3 kata, “Terserah dokter Gu.” Dokter Gu tidak kecewa dengan jawaban singkat dan dingin itu, dia kembali melanjutkan, “En, baiklah kalau begitu. Aku akan memasak sup iga nanti malam dan…” Letnan Chen tiba-tiba menyelanya, “Maaf untuk mengatakan ini, tapi berbicara saat makan akan membuat pencernaanmu terganggu. Sebagai dokter, kau seharusnya tau akan hal itu.” Letnan Chen berusaha untuk mengingatkan dokter Gu untuk tidak cerewet, tapi dokter Gu mengira itu hanyalah bentuk perhatian seorang teman baru padanya. Jadi dengan senyuman bodoh dan naif dia berkata, “Kau benar, terima kasih telah mengingatkanku hahahah.” Letnan Chen, “….”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN