“Apa? Pacaran? Aku nggak habis pikir kenapa semakin ke sini omongan Mas Sona semakin nggak masuk akal. Dengan Mas Sona yang bilang suka ke aku aja, masih aku anggap bualan. Sekarang malah ngajakin pacaran? Tolong kalau gila jangan diborong semua.” Alin mengatakannya sambil menghindar. Tidak bisa dimungkiri ia deg-degan setengah mati, apalagi wajah mereka sangat dekat hingga hidung keduanya nyaris menempel. Alin pun berusaha melepaskan diri dari kuncian tangan Sona. Melalui bawah ia dibiarkan lolos oleh pria itu. Berjalan ke arah pintu balkon, Alin menggunakan tangannya memberi isyarat agar Sona keluar dari kamarnya. Sambil berjalan mengikuti Alin, Sona menjawab, “Kenapa nggak masuk akal? Gue yakin kita bisa menjadi pasangan yang baik kalau berpacaran.” Alin menggeleng nyaris tak percaya