Bab 125: Surabaya

1074 Kata

Andre belum lama duduk di balik meja kerjanya saat Nadya masuk ke ruangannya masih dengan membawa tas tangan seolah baru saja sampai. “Serius masalahnya, Ndre?” tanyanya sembari meletakkan tasnya di sofa dan duduk dengan anggun di hadapan adiknya. “Efeknya belum terlihat, tapi kalau kita biarkan, bisa saja kita harus merelakan satu mall terlepas,” jawab Andre tenang. Nadya menghela napas. Setiap kali menghadapi ketenangan adiknya, ia selalu dibuat kagum. Tak ada bocah usil yang kerap menjadi teman berantemnya dulu. “Di mall?” Nadya memastikan. Andre mengangguk. “Aku harap Kak Nad bisa membereskan tanpa menyinggung Abang.” Nadya hanya mengangguk. Kakaknya itu memang terlalu mudah percaya orang hingga kadang dimanfaatkan oleh orang lain. Ayah mereka bilang, Raka lebih halus perasaanny

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN