Matahari sudah tinggi. Bian memijat kepalanya yang terasa sakit efek alkohol semalam. Ia keluar dari kamarnya dan mendapati sarapan sudah tersedia di meja makan dengan beberapa surat kabar dari bermacam media. Bian mengecek semua surat kabar tersebut dan tak satupun media yang mencetak berita seputar ulang tahunnya. Padahal ia sudah mengeluarkan banyak biaya demi mengundang model-model itu. Dia menyeruput kopinya. Ia tahu semua karena siapa. Bian segera bersiap untuk ke kantor pusat. Tempat seluruh butiknya dikendalikan. Anak muda Ranuwijaya itu benar-benar merusak rencananya. Dia tak pernah menyangka Andre akan datang dan membawa pergi Maura. Ia bahkan belum melakukan apapun pada gadis lugu itu. “Pak Bian, pak Haris sudah menunggu sejak tadi,” sambut sekretarisnya saat Bian sampai di k