Raka tertawa melihat Zizi yang berlari tergesa-gesa mendekatinya yang berdiri di area depan villa sambil bersender pada sebuah tiang. "Lebih cepat tiga puluh dua detik dari waktu yang saya katakan, gadis pintar," puji Raka mematikan stopwatch diponsel miliknya saat Zizi sampai di depannya dengan napas tersengal-sengal. "Ngapain sih pak? Capek tahu nggak lari kesini, mana kamar saya jauh, terus di tengah jalan bapak nyuruh saya balik buat ambil jaket tebal lagi," kesal Zizi merapikan rambutnya yang rasanya sudah berantakan. "Yang penting kamu sampai tepat waktu," Zizi tidak menjawab karena malas berdebat, ia lebih memilih memperhatikan lingkungan sekitar dengan waspada. "Ngeliatin apaan sampai matanya jelalatan seperti itu?" tanya Raka merasa tidak nyaman dengan gerak-gerik