[Boleh kita kenalan, Nabila?]
[Ya] balasan Nabila benar-benar singkat hingga sulit ditebak dia kurang suka atau bagaimana.
[Namaku Sunan, aku sudah mendengar banyak cerita dari Moy tentangmu. Semoga aku tidak mengganggumu malam-malam begini]
[Tidak Mas]
[Terimakasih Nabila] sebuah pesan yang di belakangnya ditambah emoji senyum.
Usia Nabila sudah dua puluh delapan tahu, sebelum menikah Nabila dan Riko sempat berpacaran selama dua tahun, mereka menjalani pernikahan selam tiga tahun sebelum akhirnya bercerai. Selama itu Nabila tidak pernah berpikir dirinya akan kembali terlibat obrolan chatting dengan lawan jenis yang membuatnya berdebar-debar lagi seperti ini. Padahal Sunan baru mengajaknya berkenalan dan jari Nabila hampir gemetar ketika balas mengetik pesan. Rasanya menggelikan menyadari dirinya sepanik ini hanya karena diajak berkenalan oleh seorang laki-laki melalui chat.
"Nabila, aku ingin langsung terus terang dengan maksudku, apa kau tidak masalah?]
[Ya Mas tidak apa-apa] Nabila memang pemurah bahkan ia akan selalu baik pada siapapun yang baru dia kenal.
[Aku sudah tiga tahun menduda, sejak istriku meninggal saat persalinan putra kami. Kami memiliki dua orang anak. Anakku yang kecil baru berumur berumur tiga tahun, masih sangat memerlukan sosok seorang ibu. Karena itu sudah satu tahun ini aku berusaha untuk kembali mendapatkan istri yang bisa mendampingiku dan bisa ikut membesarkan anak-anakku. Moy juga sudah menjelaskan mengenai statusmu sekarang, aku tidak keberatan dan semoga kau juga tidak keberatan dan mau memberiku kesempatan mungkin untuk saling mengenal dulu.]
Nabila sampai harus membaca ulang tiga kali pesan panjang yang dikirim oleh Sunan. Pria itu juga belum ada kembali mengirim pesan lagi selama Nabila belum membalas.
Sebenarnya tidak ada yang salah, bahkan Nabila menghargai keterusterangan Sunan yang juga bisa menggambarkan tangung jawabnya sebagai seorang pria. Toh Nabila juga seorang janda dengan satu orang anak, mustahil dia mengharap pria yang masih lajang atau tanpa keberadaan anak sambung. Masalahnya Nabila benar-benar masih belum siap. Obrolan Nabila pun masih sangat kaku hingga tidak tahu harus membalas apa ketika ada laki-laki yang tiba-tiba terus terang seperti itu.
Memang sudah terlalu lama dan Nabila tidak menyangka bakal kembali mempersilahkan seorang pria untuk mendekatinya. Nabila pikir pernikahannya dengan Riko akan bertahan selamanya, Nabila pikir ia cuma akan sekali menikah dalam seumur hidup, dan Nabila benar-benar tidak pernah berpikir jika pernikahannya dengan Riko ternyata hanya bertahan tiga tahun. Semua yang Nabila pikirkan ternyata tidak ada yang benar. Mungkin memang benar saran Moy, 'dia harus mulai membuka diri!'
[Ya Mas, sebaiknya kita saling mengenal dulu] akhirnya Nabila membalas setelah hampir tiga puluh menit pesannya bercentang biru.
[Terimakasih, Nabila. Sepertinya lain kali kita sambung lagi obrolanya karena ini sudah larut malam dan kau harus beristirahat] Sunan langsung membalas yang artinya pria itu memang sedang menunggu-nunggu dari tadi.
[Ya Mas]
[Sekali lagi terima kasih, semoga aku tidak mengganggumu malam-malam begini]
[Tidak Mas]
[Terimakasih Nabila, aku benar-benar senang]
[Sama-sama Mas]
Pria manapun juga akan bisa langsung menilai jika Nabila wanita yang baik meski hanya dari obrolan chat. Nabila tidak agresif seperti kebanyakan wanita yang selama ini Sunan ajak berkenalan. Kebanyakan dari mereka akan langsung sibuk menanyakan pekerjaan, umur, status perceraian bahkan suku. Sunan juga sudah mendengar banyak hal positif mengenai Nabila dari semua cerita dari Moy kemarin.
******
Sementara itu Moy juga sedang asik membalas chat dari teman kencan barunya, yaitu duda ganteng anggota baru di grup. Moy sudah spoiler semua info pribadi si duda muda, usianya baru awal tiga puluhan, pemilik sebuah perusahan asing dan baru resmi bercerai dari istrinya beberapa bulan lalu. Moy memang cuma mau pilih pria tajir karena gak mau kembali dimanfaatkan oleh laki-laki seperti mantan suaminya yang cuma numpang hidup dan doyan selingkuh. Pengalaman masing-masing orang memang cenderung akan sangat berpengaruh pada pembentukan pribadi orang tersebut kedepannya.
[Jadi kau ada waktu akhir pekan ini?]
[Ya, kau saja yang tentukan tempatnya] Moy mempersilahkan sekaligus untuk menguji seroyal apa pria yang akan mengajaknya berkencan. Jika dia pilih restoran dan Hotel mahal artinya dia juga bukan pengusaha kaleng-kaleng.
"Aku masih berada di Singapore untuk beberapa urusan bisnis, lusa baru kembali, nanti akan segera aku kabari]
[Semoga malammu menyenangkan] goda Moy.
[Akan lebih menyenangkan jika ada teman]
Mereka berdua sudah sama-sama dewasa dan tahu akan segera melakukan eksekusi dari perkenalan mereka beberapa minggu ini. Moy sudah mengirim fotonya dan mereka juga sudah beberapa kali melakukan panggilan video.
Sebenarnya Moy juga bukan wanita yang terlalu gampangan mau diajak kencan satu malam untuk penjajakan. Moy juga akan sangat selektif memilih pasangan. Tapi kriteria Moy jelas berbeda jauh dengan kriteria Nabila. Yang utama bagi Moy, laki-laki itu harus tampan, seksi, dan pastinya tajir. Moy tidak mau buang energi untuk ditunggangi laki-laki yang tidak membuatnya ikut mendapatkan kepuasan, dan pria kaya pastinya juga akan menambah kadar kegantengannya semakin plus-plus. Nyatanya walaupun banyak brondong tampan dan seksi yang bisa Moy bayar, tapi Moy tidak pernah tertarik. Bagi Moy mereka cuma seperti banci yang menjual diri demi duit, lenyap kesan maskulinnya.
Di sela obrolan chat yang sedang menyenangkan tiba-tiba terselip satu pesan dari Dito mantan suami Moy yang resek dan bikin Moy selalu malas untuk membuka pesannya. Karena tidak ada urusan lain kecuali duit lagi dan dulit lagi yang diungkit Dito.
[Ingat ini sudah tanggal lima dan kau belum transfer uang sewa rumah]
"Dasar laki-laki kere!" umpat Moy sambil mengetik pesan.
[Lo kerja sana! jangan terus ngarepin duit dari gue!]
[Rumah yang kau tempati juga masih hakku dan kita sudah sepakat mengenai uang sewanya sampai kita selesaikan sidang pembagian harta gono gininya]
[Ingat, ya! rumah ini gue beli sendiri, pakai uang gue sendiri jadi sampai kapanpun jangan harap bakal dapat bagian!]
Kelemahan Moy adalah, rumah tersebut dia beli pada masa pernikahanya dengan Dito yang malas bekerja itu. Suami yang kerjaannya cuma numpang hidup sambil merokok gratis. Moy merasa najis karena tiap bulan terus diperas oleh mantan suaminya untuk membayar uang sewa atas rumahnya sendiri sampai nanti kasus pembagian harta gono-gini mereka beres.
Sidang gugatanya sudah berlangsung hampir satu tahun tapi tidak selesai-selesai sebab Dito si tukang selingkuh itu juga minta bagian yang sama dari semua harta yang didapatkan Moy selama mereka menikah. Karena itu sekaran Moy sangat anti dengan laki-laki miskin, apalagi yang malas bekerja dan cuma ngandelin muka tampan.
Dito memang tampan, dulunya anak orang kaya yang hidupnya serba enak. Tapi sejak perusahan tambang milik orang tuanya yang di Kalimantan bangkrut, Dito ikut kehilangan pekerjaan dan mulai stres. Moy yang beralih peran sebagai tulang punggung untuk mendukung suaminya yang ternyata malah mencari pelarian dari stresnya dengan berselingkuh. Parahnya Dito tidur dengan teman, sahabat, sekaligus asisten kepercayaan Moy.
[Aku gak mau bayar sewa lagi, karena rumah ini adalah milikku sendiri, silahkan kalian sewa apartemen yang lebih murah jika gak mampu bayar tempat tinggal, jangan terus minta duit dariku!]
Setelah mengirim pesan Moy langsung matikan ponselnya agar Dito tidak semakin resek.
******
Hari Masi pagi ketika Novie baru keluar dari kamar sementara Riko sudah rapi untuk pergi ke kantor.
"Mas sudah sarapan?"
"Sudah."
Jika Nabila dulu, dia pasti sudah siap dengan sarapan dan kopi yang ia buat sendiri untuk suaminya, tapi kalau Novie paling cuma mau mengantarkan Riko sampai ke pintu untuk d**a-d**a cantik. Tidak pernah sekalipun Novie berinisiatif membuatkan minuman untuk suaminya jika tidak diminta itu pun dia akan menyuruh pembantu.
"Mas ... "Novie mendekati Riko yang sedang memakai sepatu. "Tadi malam bapak telepon katanya butuh duit buat modal usaha, bisa gak Mas Riko pinjamin dulu."
"Kan bulan kemarin sudah kuberi modal."
"Ya, Mas tapi belum balik modal, namanya toko juga masih baru belum punya pelanggan. Bapak perlu tambahan modal untuk persediaan stok sembako di toko biar gak kelihatan kosong tokonya."
"Aku kan sudah bangunkan tokonya, masak masih harus aku juga yang mengisi semua dagangannya."
Kemarin juga Novie yang minta orang tuanya dibuatkan toko di Sukabumi supaya mereka tidak bekerja di ladang lagi, karena itu Riko kasihan dan mau membangunkan toko untuk ayah mertuanya.
"Kan ada juga kakakmu kenapa gak gantian dia yang bantuin."
"Mas Irsat usahanya juga lagi susah Mas, kemarin mobil rentalnya dua unit dibawa kabur penyewa."
Novie adalah dua bersaudara dengan seorang kakak laki-laki yang juga punya usaha penyewaan mobil di kota Bandung. Tapi selama Novi menikah dengan Riko sepertinya Riko terus yang harus membiayai hidup kedua orang tua Novie.
"Cuma tiga puluh juta aja kok Mas, Nanti juga dikembaliin." Novie bergelayut manja di lengan suaminya.
"Kirim saja dulu pakai uangmu nanti siang aku ganti."
"Makasih ya Mas." Novie mencium pipi Riko kemudian berlagak membenahi dasi suaminya yang sebenarnya sudah rapi. "Nanti malam mas pulang cepat, ya?" Novie menggerak-gerakkan tangannya di d**a Riko.
"Ya, kau mau kubawakan makanan apa?" Riko akan selalu bertanya seperti itu karena setiap hari Novie cuma mau makan makanan dari restoran mahal selama dia hamil.
"Yang seperti kemarin lusa aja Mas."
Novie memang masih sangat muda, pandai bermanja dan merasa kemauannya akan selalu dituruti. Usia Riko sudah tiga puluh tiga tahun dan mungkin memang seperti ini resikonya punya istri yang jauh lebih muda.
"Hati-hati di jalan Mas ... " Novie mengantar sampai di pintu dan selepas Riko pergi dia juga langsung membuat janji untuk ke salon langganannya.
Jangankan untuk mengerjakan pekerjaan rumah seperti membuat sarapan atau kopi untuk suaminya, untuk tinggal di rumah seharian saja Novie tidak pernah kerasa. Novie akan segera pergi keluar begitu Riko berangkat ke kantor, entah untuk sekedar shoping, nongkrong bareng teman-temanya di kafe atau buat perawatan di salon. Novie akan pulang sebelum Riko balik dari kantor dan akan berakting seperti istri yang sangat tersiksa karena hanya tinggal di rumah seharian.
Novie pergi ke salon langganannya untuk kembali sulam bibir dan ingin sedikit tambahan filler agar lebih berisi. Tiga puluh juta yang akan dikirim Riko nanti siang cukup untuk dia shoping dan ke salon. Novie memang bohong mengenai modal utuk toko orang tuanya, intinya Novie pintar untuk terus mendapatkan duit dari suaminya.
Novie baru saja mendorong pintu kaca salon langganannya dan dibuat terkejut oleh sapaan selamat datang dari Nabila yang juga sedang sama-sama syok. Ini adalah hari pertama Nabila bekerja di salon milik Moy dan sama sekali tidak menyangka bakal bertemu Novie.
Novie segera melepas kaca mata hitamnya untuk menyunggingkan senyum sombong.
"Jadi sekarang kau bekerja di salon?"
Nabila sengaja tidak menjawab karena tahu Novie akan berusaha menghina pekerjaannya.
"Berapa gaji di salon seperti ini? apa kira-kira cukup untuk membiayai hidupmu agar tidak terus minta duit dari suamiku?"
"Mas Riko tetap ayah Bagas, dia tetap wajib menafkahi putranya!" tegas Nabila.
"Aku sama sekali tidak percaya." Novie tersenyum mengejek.
"Kau tidak harus percaya karena memang tidak ada urusannya denganmu!" Nabila juga tidak pernah mau kalah untuk menghadapi Novie.
"Ingat, ya! duit Mas Riko sekarang juga duitku! karena sekarang aku istrinya dan kau bukan siapa-siapanya lagi!"