Kamarnya cukup luas dengan sofa yang sangat nyaman meski Nabila tetap sama sekali tidak nyaman ketika hanya berduaan dengan seorang pria di dalam kamar hotel. Apun bisa tiba-tiba mereka lakukan jika sedikit saja lalai. Sunan juga tidak munafik, pikiran kotor itu pasti ada karena mereka sudah sama-sama dewasa. "Kau mau minum apa?" Sunan menawarkan beberapa jenis minuman yang baru dia ambil dari lemari pendingin kecil di samping sofa' "Tidak Mas." Nabila menolak karena dia cuma ingin cepat menyelesaikan masalah mereka. "Maaf aku harus mengajakmu kemari, karena aku takut tidak bisa menyampaikannya dengan benar." Sunan ikut duduk tepat di depan Nabila, menghela napas berat kemudian menghembuskannya lagi. "Aku ingin menikahimu secara agama bukan untuk mengurangi rasa hormatku pada keluargam