Ica langsung pergi dari kamar Nadia. Benar ucapan Nadia tadi, anak yang ada di dalam kandungan Nadia bukan keinginan Nadia. Anak itu tidak berdosa, meski hadir dari sebuah kesalahan. Ica mengusap air matanya sambil berjalan ke arah kamarnya. Dia tidak tahu harus bersikap apa pada Nadia. Di satu sisi dia sangat menyayangi Nadia, di sisi lain dia sangat membenci Nadia karena sudah menjadi duri dalam rumah tangganya. Anjani melihat putrinya menangis dari belakang dan masuk ke kamarnya. Anjani tahu Ica pasti baru saja mendapat ucapan tidak mengenakkan dari Nadia. Anjani masuk ke dalam kamar Ica yang tidak terkunci. Pagi ini Devan sudah tidak di rumah, dia sudah berangkat ke kantor sekalian mengantarkan Acha ke sekolahan. “Kamu kenapa, Ca?” tanya Anjani. “Gak apa-apa, Ma,” jawabnya. “Apa ka