79

1350 Kata

Langkah mereka berdua berhenti tepat di depan pintu bertuliskan “Dr. Karina Dwi, Sp.OG” — plakat perunggu yang berkilat di bawah lampu koridor rumah sakit. Kalinda menggenggam tangan Bram erat, jari-jarinya dingin dan sedikit bergetar. Bram menatap istrinya, lalu menunduk pelan hingga wajah mereka sejajar. Senyum hangat tersungging di bibir pria itu, meski sorot matanya tak bisa menyembunyikan getaran haru. “Mas... kok jadi takut, ya?” suara Kalinda lirih, matanya menatap ke arah pintu seolah di baliknya ada hal besar yang belum siap ia hadapi. Bram tertawa pelan, jemarinya mengusap punggung tangan istrinya. “Kenapa harus takut, Dek? Kalau pun benar—” ia berhenti sejenak, menatap mata bening Kalinda yang mulai berkaca. “—itu artinya Tuhan kasih hadiah buat kita. Setelah semua guncangan y

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN