Suara alat medis yang berdetak pelan menjadi satu-satunya irama yang terdengar di ruangan itu. Bau antiseptik yang khas memenuhi udara, berpadu dengan aroma bubur ayam hangat yang baru saja dibuka Kalinda di atas meja kecil di samping tempat tidur sang ayah. Sore itu terasa tenang—setidaknya sebelum ketenangan itu perlahan dirobek oleh kenyataan yang tak pernah mereka bayangkan. Kalinda duduk di tepi ranjang, sesekali menyuapi sang papa yang kini sudah bisa duduk dengan sandaran. Wajahnya masih tampak lemah, tapi ada rona yang lebih baik dibanding hari-hari sebelumnya. Bram berdiri tak jauh di belakangnya, memperhatikan keduanya dengan lembut, tangan terlipat di d**a, dan sesekali melirik ke monitor detak jantung di sisi ranjang. Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Seorang dokter muda berjas

