75

1417 Kata

Ruang rapat utama PT Adiwangsa Group terasa sesak pagi itu. Dinding kaca besar memperlihatkan langit Surabaya yang kelabu, seolah ikut menandai suasana hati para pemegang saham yang duduk melingkar di meja oval panjang. Kursi di ujung meja—kursi yang biasanya ditempati oleh Iqbal Adiwangsa—masih kosong. Sudah lima hari sejak sang pendiri perusahaan itu menghilang tanpa kabar. Dwngan desas-desus yang tak jelas. Pintu ruang rapat tiba-tiba terbuka. Semua kepala menoleh hampir bersamaan. Marina masuk dengan langkah percaya diri, mengenakan setelan biru tua elegan, diikuti oleh Kenanga yang berbusana lebih mencolok—gaun formal merah marun dengan blazer hitam di bahunya. Sedikit terbuka dan rok yang tingginya di atas lutut. Senyum Marina tipis tapi menusuk. Ia menaruh map hitam di atas meja

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN