'Anggie kenapa rupa dan akhlakmu kini menyerupai Aisyahku. Kenapa semesta membuatku semakin tidak bisa melupakan Aisyahku. Aisyah dimana kamu ... Aisyah ...', gumam Baihaqi dalam batinnya. Pagi ini perjalanan menuju kampus pun terasa sangat lama. Baihaqi masih mengingat tatapan Anggie saat mengganti dasi yang sudah terikat rapi di lehernya. Tatapan itu mengingatkan tatapan kepemilikan Aisyah. Bola mata yang bulat dan pupil mata yang berwarna hitam legam. Buku mata yang lentik menambah kecantikan pada wajahnya. Yang membedakan adalah gaya bicara Anggie yang terkesan canggung dan takut. Kini pikirannya malah tertuju pada Anggie. Senyumnya yang teduh dan sendu sama seperti senyum Aisyah. Rasa masakannya pun sama seperti masakan Aisyahku. 'Ya Allah, apa yang harus aku lakukan?! Anggie pun