Baihaqi hanya duduk termenung di meja kerja ruangannya. Pikirannya melayang memikirkan suatu solusi yang dianggap tepat baginya. Permasalahan ini sudah merugikan nama baik dirinya. Terlebih isi surat ancaman itu sebenarnya bukan membuatnya takut, tapi fitnah dengan bukti palsu itu sangat menyakitkan. 'Apa yang harus aku lakukan Ya Allah.... ' gumam Baihaqi dengan suara yang sangat lirih. Matanya di pejamkan, duduknya pun di sandarkan ke sandaran kursi yang sangat empuk. Jiwa dan batinnya sangat bergejolak dan tidak mampu berpikir dengan baik dan jernih. Melaporkan hal ini ke polisi juga tidak mungkin berhasil, karena orang licik lebih mudah memanipulasi datanya dengan cepat. Amplop putih itu berisikan ancaman tentang pertanggungjawaban Baihaqi sebagai ayah dari anak yang di kandung Ang