Cowok ala Novel

1500 Kata
Ratna melirik Rana dan Mitha secara bersamaan, “Apa bu, Nia punya cowok?” tanya Ratna tak percaya. “Hemm? Bukannya kalian itu temannya, harusnya kalian yang tahu duluan” ujar ibu Nia. “Eh soal itu, Nia nggak pernah.. emm” jawab Ratna terbata-bata. Tiba-tiba saja Nia muncul dari dalam rumah melihat ketiga wajah temannya yang sangat tegang, “Ada apa? Hei kalian ninggalin Nabila sendirian di dalam loh” Empat orang di depannya terbengong-bengong, “Eh oke, aku masuk dulu Nia. Nggak enak kalo aku ninggal Nabila sendirian ngobrol sama semut” sahut Ratna, ia segera masuk ke dalam rumah. “Eyy aku ikutan deh sekalian kenalan dapat teman baru” ujar Rana, ia menyusul Ratna di dalam. Nia menatap dua orang lagi yang tersisa, “Emm bu Kalsum ada yang di butuhkan? Ganti perban atau mau obati kaki lagi seperti sebelumnya?” tanya Mitha kikuk. Ibu Nia menggeleng pelan namun senyumnya tak pernah luntur, “Kamu masuk aja nemenin yang lain ngobrol di dalam, biar Nia dan ibu yang tunggu semua temannya datang” pinta bu Kalsum. Mitha mengikuti permintaan ibu Nia sedangkan Nia sendiri tak tahu apa yang terjadi dengan orang-orang ini setelah dirinya tak ada di tempat, “Ada apa bu? Kayaknya ibu ngobrol asyik sama mereka?” tanya Nia. “Temennya Nia memang asyik semua, ibu seneng banget Nia punya teman-teman lucu seperti mereka” jawab ibunya sangat bahagia di malam minggu ini. Sampai jam empat tiga puluh semua teman yang ia undang akhirnya datang, Nia mempersilahkan mereka untuk ikut makan malam. Tak ayal meja makan yang biasa hanya di gunakan oleh Nia dan ibunya jadi sangat ramai penuh sesak. Ratna, Tere dan Rana saling berebut makanan, terkadang mereka bertiga saling lempar ejek satu sama lainnya. Hal sederhana yang membangun rasa persahabatan yang hangat, hari ini langit sore terlihat indah secerah hati Nia yang tengah berbahagia. Dua jam berlalu sejak mereka asyik makan malam, Nabila dan Tere kembali ke rumah masing-masing sedangkan tiga orang lainnya masih betah berada di rumah sederhana Nia. Ratna adalah satu-satunya orang yang masih penasaran dengan gosip mengenai Nia yang punya pacar tanpa sepengetahuannya. Ratna menyenggol Rana yang tengah asyi makan buah potong di ruang tamu, “Hei, apa sih?” tanya Rana. “Aku masih belom percaya sama yang ibunya Nia bilang tadi, aku belum pernah melihatnya jalan bareng cowok selama ini” bisik Ratna. Rana menengok ke dalam rumah, ia melihat Nia masih sibuk cuci piring di temani Mitha. Dua cewek gemar bergosip itu melirik kamar ibu Nia, beliau sudah terlelap karena kelelahan. Rana segera melihat ponselnya, gadis itu mengetik nama Nia di semua media sosial yang ia miliki. “Udah ketemu?” tanya Ratna. “Cuma punya f*******: ini, Navia Arabelle. Coba deh kamu lihat, postingan terakhir tahun dua ribu tiga belas yang lalu. Udah lama banget dia nggak buka akunnya lagi” kata Rana sembari memperlihatkan akun f*******: milik Nia. “Hei hei, lihat postingannya udah lama banget. Kamu yakin dia nggak punya akun sosial media lain, i********: atau line maybe?” tanya Ratna. Rana jadi kesal sendiri di buatnya, “Kau kan yang tiap hari ketemu Nia, kenapa nggak kamu tanya aja langsung sama orangnya?” “Haiis, mana pernah aku nanyain hal begituan ke dia. Lagian kayaknya Nia nggak pake ponsel canggih kayak kita” jawab Ratna. “Heh yang bener aja?” “Iya beneran, aku jarang lihat dia pegang ponsel. Palingan pernah di keluarin bentar lalu di masukkan lagi ke tas nggak sampe sepuluh detik” “Wah yang bener aja, tapi buat Nia yang penting kesehatan ibunya jadi utama sih jadi nggak aneh kalo dia pake ponsel jadul” kata Rana merenung. “Sebaiknya kita diam aja dulu deh sampe Nia sendiri yang kasih tahu, kita nggak pernah tahu siapa cowok yang di maksud sama ibu Kalsum tadi. Bisa aja itu temen kecil atau temen kantor, eh apa kamu pernah lihat dia ngobrol dekat sama orang kantor? Bisa aja itu dia orangnya” tebak Rana. “Coba aku ingat, Nia nggak sering ngobrol sama pegawai laki-laki sih tapi ada satu orang yang demen sama Nia” jawab Ratna mencoba mengingat semua kejadian di kantor. “Ya siapa tau itu dia” sahut Rana, ia menyendok es putar yang di beli tadi. “Nggak mungkin itu Edy, Nia kamu cantik pasti bisa dapatkan cowok lebih cakep dari Edy” gumam Ratna kesal. “Lah siapa tahu kan?” sahut Rana. “Tapi aku ingat pernah lihat dia bawa sapu tangan cowok warna hitam, disana ada cap khusus dengan lambang A.G dan juga di timpa pakai lambing desain ternama Loius Vuitton. Di rumah sakit ada ciri-ciri pegawai yang pake barang branded seperti yang aku sebutin nggak?” tanya Ratna. “Kalo soal barang branded hampir semua dokter pake, banyak juga yang pake LV. Tapi aku belum pernah lihat dokter yang pake barang dari LV model hitam apalagi custom begitu” jawab Rana. “Kamu yakin?” “Nggak juga sih, hehe” jawa Rana seenaknya. “Dasar kau ini, tapi ada nggak pegawai yang kelihatan kaya raya? Siapa tahu itu dia?” tanya Ratna. “Banyak banget, hampir delapan puluh persen semua dokter disana berasal dari keluarga tajir. Mau di kuliti satu-satu pun nggak bakal ada habisnya, mana kebanyakan jarang ada yang keluarin barang kecil kaya sapu tangan, pastinya yang di bawa tas atau jam tangan yang kelihatan” jawab Rana lesu. Ratna menyentuh pundak Rana pelan, “Ada nggak modelan cowok tinggi, badannya gede, putih, ganteng dan kaya raya tapi punya sifat humble suamiable ala di cerita novel?” Rana mencoba mengingat para lelaki di rumah sakit dengan cirri fisik seperti itu, “Coba aku ingat, banyak banget nggak terkira. Hemm dokter Hans, dokter Rafael, dokter Indra, dokter..” gumamnya sendiri, hampir semua dokter disana. “Banyak amat, bisa tuh aku minta kenalin satu-satu” kata Ratna malah mengalihkan pembicaraan. “Hussh, aku aja yang tiap hari ketemu mereka kagak ada tuh yang naksir apalagi kamu huh” ejek Rana. “Dasar, coba deh di ingat-ingat lagi siapa tahu ada ciri-ciri cowok yang pake LV warna hitam dengan logo A.G di dalam barangnya, itu bisa jadi nilai tambahan buatku cari orangnya” pinta Rana. “Hei hei, pegawai di sana banyak banget. Kamu beneran nyuruh aku liatin satu-satu begitu?” tanya Rana, ia protes keras dengan ide nggak masuk akal dari Ratna. “Aah kalo gitu aku ubah deh, coba cari pegawai yang hidupnya kelihatan nggak beruntung. Siapa tahu itu dia yang lagi nyamar jadi orang susah tapi ternyata demen sama Nia” usul Ratna. “Ada sih, namanya dokter Chakra” jawab Rana tak yakin. “Gimana orangnya? Coba ceritakan dikit” pinta Ratna. “Eemm, yang aku tahu dokter Chakra suka nungguin bekal makan dari ceweknya dokter Hans. Beliau lakukan itu demi berhemat, aku juga dengar dia tinggal di kos murah” jawab Rana. “Haah, jadi nggak mungkin ada di lingkunganmu ya? Atau jangan-jangan benar Edy orangnya, dia nggak ganteng sih tapi aku akui baik, tapi tapi.. ya masa harus dia sama Nia?” ujar Ratna. “Hei kalo udah cinta mah bunganya kucing juga bakal rasa cokelat hehe” sahut Mitha, ia tiba-tiba saja muncul dari dalam dapur. “Sshht!” ujar Rana dan Ratna sembari menempelkan jari telunjuk di bibir mereka. “Eiits, jangan bicara keras-keras kia lagi mode menggunjing orang. Nia kemana?” tanya Rana setengah berbisik. “Lagi ke kamar bu Kalsum, lihat kondisi ibunya dan membetulkan posisi badan katanya tadi agak miring posisinya” jawab Mitha pelan. “Syukur deh kalo gitu” “Kalian ngomongin soal cowok tadi lagi ya?” tanya Mitha. “Ya begitulah, semakin aku kenal Nia semakin banyak banget hal janggal tentangnya” jawab Ratna. “Hei itu udah privasinya jadi di hargai aja, oke?” kata Mitha dan di setujui oleh dua temannya. Tepat pukul ddelapan malam, ketiga temannya berpamitan untuk pulang ke rumah masing-masing. Hari yang di lalui kali ini benar-benar melelahkan dan senang secara bersamaan, malam minggu ini ketiga teman Nia sepakat untuk naik taksi online saja ketimbang naik bus. “Hei udah lama banget aku nggak jalan-jalan ke komplek malam hari begini” ujar Mitha sembari melihat sekutar komplek rumah di daerah Nia tinggal. “Yup karena kamu anak rumahan, mana boleh keluar sama orang tua kalo nggak ada acara begini?” sahut Rana, mulutny penuh dengan kripik pisang. “Heeh kalian berdua memang udah saling kenal lama ya?” tanya Ratna, tepat di hari Sabtu ini Ratna menjadi teman baru Rana dan Mitha. “Ya begitulah, kami berdua nggak terpisahkan hehe” jawab Mitha senang, bahagia terus terpancar dari wajahnya karena ia menghirup udara malam. Tepat di depan gapura komplek sebelum menemukan taksi online, Rana melihat sesuatu yang taka sing, “Hei Mitha, lihat deh disana” ujar Rana, Mitha dan Ratna seketika melihat kemana Rana menunjuk. “Apa?” “Itu, lihat itu” tunjuk Rana pada benda besar dan tak asing. “Hei, kenapa dia ada di sini?” tanya Mitha penasaran.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN