Kantor Baru

1210 Kata
Dua minggu berlalu sejak hari dimana kasus Cassandra tersebar namun hal yang tak di duga semakin datang setiap hari di kantor tempat Nia bekerja. Pada minggu ketiga ini Yudha memberikan pengumuman yang mengejutkan, bahkan ini lebih mengejutkan di bandingkan berita Cassandra kemarin. Nia dan semua pegawai lainnya terbengong di depan kantor mereka, tak ada satupun perabotan meja maupu kursi. Para pekerja membawa semua perabotan kantor entah kemana, Nia menggeleng pelan tak percaya hal ini akan terjadi secepat ini. “Kalian sudah dengar kalo kantor kita bakal di gusur?” tanya Nabila, pegawai yang bekerja sebagai wartawan. Nia dan pegawai di dekatnya menggeleng pelan, “Nggak, aku nggak tahu kalo kita bakal di PHK secepat ini” jawab Ratna, tubuhnya lemas tak karuan. “Aaah kalo beneran bangkrut kenapa nggak bilang dari awal aja ya?” sahut yang lain. “Tahu gini tadi aku nggak usah berangkat kerja” Gumaman kekecewaan dari para pegawai di sana menggema mamin kacau, Yudha sama sekali tak memberitahu apapun tentang penggusuran seperti yang di utarakan semua rekan kerja Nia. Ratna duduk lemas tak tahu harus berkata apapun lagi, ingin sekali ia menangis meraung-raung karena jadi pengangguran dadakan. “Huuu, aku nggak tahu harus gimana, kenapa nggak ada konfirmasi apa-apa?” isak Ratna, wajahnya yang sedih bukannya membuat yang lain ikutan menangis malah ingin menertawakan dia. “Apa boleh buat, aku harus pulang dan bikin banyak resume lagi” sahut yang lain. “Ngapain kalian masih disini?” tanya Ellaine tiba-tiba. “Nona Ellaine!” teriak yang lain. “Mbak, gimana kantor kita di gusur. Nggak ada perabotan apapun disini, aku sudah coba menghubungi pak Henry tapi beliau belum membalas pesanku” kata Nia, ia yang paling gencar menghampiri Ellaine lebih dulu. “Gimana nih nona, pak Yudha sama sekali nggak kasih kita info apapun. Kita jadi pengangguran dadakan kalo begini hiks” sahut Ratna. “Kalian ngomong apa sih, kantor kita pindah ke gedung baru. Memangnya Amalia nggak kasih tau kalian kalo kantor kita pindah?” tanya Ellaine. “Apaaaa??” teriak mereka bersamaan. “Kami belum mendapatkan informasi dari bu Amalia atau yang lain” sahut Nia, ia baru ingat jabatan Ellaine, Henry dan Amalia adalah sama disini. Ellaine menutup telinganya pelan, “Jangan mengacau, sudahlah kalian segera bergegas ke gedung yang baru dan bersiap kembali bekerja” kata Ellaine. Para pegawai segera pergi ke alamat yang di berikan oleh Ellaine, lokasi gedung baru tak jauh dari sini sehingga mereka bisa berjalan kaki. Namun hati Ellaine dongkol, ia berjalan ke parkiran meninggalkan Nia dan yang lain. “Mbak Ellaine nggak langsung ke kantor baru ya?” tanya Ratna pada Nia. “Kurang tahu, mbak Ellaine jarang banget ngobrol dengan pegawai disini” jawab Nia lemah. “Aku yakin mbak Ellaine sengaja datang kemari karena bu Amalia nggak kasih tahu kita apapun, sedangkan pak Henry harus repot di luar kota” sahut Ratna. Nia menatap punggung Ellaine yang mulai terlihat menghilang dari pandangannya, ia sangat ingin mengenal Ellaine lebih dalam. Nia begitu mengagumi wanita cantik itu walaupun Nia tahu Ellaine memiliki ketertarikan lebih pada Cassandra. Di tengah kesibukan para pekerja yang tengah menata dan merapikan barang-barang di kantor baru ini, tak sedikit pujian dan kekaguman keluar dari mulut para pekerja. Mereka begitu menyukai kantor baru dengan nuansa yang lebih fresh dan dekorasi yang amat cantik memanjakan mata. Kantor ini terbilang begitu besar dengan tempat lantai, tentu saja kantor pribadi milik atasan berada di lantai paling atas. Namun sampai saat ini Nia dan pegawai lainnya belum melihat Yudha memperlihatkan batang hidungnya, hal ini pula menjadi tanda tanya besar di kepala Nia. “Nia, bisa bawakan kardus ini ke lantai satu? Maaf aku harus membawa barang ini ke ruang rapat” pinta salah satu rekannya. “Yup tentu saja, serahkan padaku” jawab Nia sembari mengambil kardus berukuran sedang. Nia bergegas turun ke lantai satu dengan gembira, ia sangat suka melewati lift yang terbilang amat luas cukup untuk menampung lima belas orang. Kantor ini lebih menyenangkan karena tak berbagi dengan perusahaan lainnya tiap lantai. “Ini mbak peralatan untuk resepsionis” kata Nia menyerahkan kardus berisi peralatan kecil untuk pegawai di bagian resepsionis. “Okey makasih banyak ya Nia, maaf aku nggak bisa ke atas tadi” sahut pegawai bagian resepsionis itu. Nia mengangguk dan beranjak kembali ke lantai kedua namun saat Nia akan naik ke lift, gadis itu sejenak berhenti dan melirik arah toilet di lantai pertama ini. Nia mendengar sedikit keributan di toilet, ia bergegas mendekati dimana suara sedikit berisik itu berasal. “Jadi kau berencana membuatku malu di depan semua pegawai, begitu?” tanya Amalia, wanita itu memoleskan lipstick pada bibirnya. Ellaine berdiri melipat kedua tangannya, “Hah jadi benar kau sengaja membiarkan para pegawai terlantar di kantor lama? Aku nggak menyangka orang yang di kenal disiplin lebih berbahaya dariku” “Heem, nggak ku sangka ternyata kau peduli pada mereka” sahut Amalia, “Tapi aku sudah menduga kau pasti datang ke kantor lama untuk memeriksa mereka, kau memerankan tugasmu dengan baik walau nggak ada Henry disini” Ellaine memicingkan matanya, “Jadi benar dugaanku, kaulah dalang di balik berita kacau menyangkut nama Cassandra” Boom! Ellaine membongkar semua yang ia tahu, Amalia menghentikan kegiatannya merias diri di depan cermin. Ia menatap tajam wajah Ellaine yang tenang, sedangkan Nia menutup mulut seakan tak percaya dengan apa yang telah di dengarnya. “Heh, aku yakin kau punya banyak sekali cara untuk memanipulasi seseorang sampai tergiur melakukan hal menyimpang. Nggak ku sangka otak kehancuran kantor ini berasal dari pegawai sendiri, haha aku ingin sekali memberimu selamat karena usahamu kantor ini jadi lebih besar lagi” ejek Ellaine. Amalia terdiam seribu bahasa mendengarnya, ia membalikkan badan menatap Ellaine, “Heh! Dengan begitu aku bisa menjangkaunya, aku bisa melakukannya dan lebih dari yang kau duga” Ellaine tersenyum simpul, “Aku sangat berterima kasih padamu, karena kau sudah mengacaukan sistem jadilah Bryan mengambil alih tempat ini dan membuat semua pegawai sangat bahagia” “Haha aku sangat senang melihatnya, aku juga sangat menikmati saat kau nostalgia dengan mantan kekasihmu. Harusnya kau juga berterima kasih padaku karena mempertemukan kalian kembali, aku sangat berharap kalian bisa berkumpul dan menjadi pasangan pertama di kantor ini mengingat tuan Andre menjabat sebagai direktur utama menggantikan tuan Bryan” jawab Amalia. “Haruskah aku memberikan ucapan selamat padamu akan hal ini?” “Kalau otakmu berfungsi harusnya kau berterima kasih ribuan kali padaku, kau sangat mencintainya bukan?” “Hentikan kekacauan ini Amalia, aku memintamu nggak menghancurkan kehidupan orang lain lagi. Cukup Cassandra dan Henry untuk terakhir kalinya!” desis Ellaine. Amalia mendekati Ellaine dengan wajahnya yang menyunggingkan senyum menakutkan, “Aaah aku jadi penasaran apa yang di lakukan oleh tuan Bryan pada gadis kecil itu, apa dia menyiksanya sampai mati lemas, atau dia tengah mengurungnya di suatu tempat? Aku nggak berharap apapun dari gadis kecil itu, aku ingin membuat kekacauan lebih besar lagi di lain hari” Ellaine terdiam menahan amarahnya yang bergejolak, Amalia menatapnya tajam, “Bersiaplah nona besar, secepatnya aku akan menunjukkan hal lebih mengerikan padamu” Nia terbelalak tak percaya dengan obrolan kedua wanita itu, ia mematung tak bisa berkata apapun lagi. Ia tak bisa ceroboh keluar dan membel Ellaine, ia pasti menjadi target selanjutnya bila melawan Amalia. Nia terus bersembunyi di balik bilik toilet dalam ketakutan tiada tara.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN