Part 10 : Cheese cake vs Brownies

1868 Kata
Besoknya Mika memutuskan untuk langsung ke kelas Daffa setelah bel Istirahat pertama berbunyi sebelum Daffa menghilang dari kelas. Mika lupa men-charge ponselnya semalam. Alhasil ponselnya mati dan tidak bisa mengirimi Daffa pesan. Panggilan Siska tidak dihiraukannya. Dia sudah menyiapkan kue sendiri untuk Siska tadi di tasnya. Tapi sebelumnya dia ingin memberikan kuenya untuk Daffa. Begitu sampai di kelas Mika menghentikan langkahnya melihat Michelle yang sudah duduk manis di samping Daffa sambil memegang buku dan alat tulis. "Hei, Mika, kok nggak masuk?" Rendy muncul dari belakang Mika dan mendorongnya pelan untuk masuk ke kelas. Mika tersadar dan jalan beriringan dengan Rendy menuju bangku mereka. Darren menengok sebentar kemudian mengalihkan lagi pandangannya pada buku yang dibawa Michelle. "Hei, Kak Mika, aku lagi minta ajarin Kak Daffa nih, soalnya susah banget." Michella seolah mengerti ketidaksukaan Mika akan dirinya yang sudah nangkring di dekat Daffa. "Mesra amat," Rendy kompor. Mika menatap tidak suka kemudian ia ingat tujuan awalnya datang kesana. "Kak Daffa, aku bawa kue untuk kakak." Darren menengok ke arah kotak bekal Mika . "Cheese cake kesukaan kakak." "Makasih," Darren melirik Mikaela sekilas kemudian kembali fokus ke buku. "Wah aku juga suka cheese cake, aku minta ya?" mata Michelle berbinar. Mika tampak berpikir kemudian mengangguk. "Untuk gue mana?" Rendy meminta jatah. Mika mengeluarkan satu kotak lagi lebih kecil dari kotak sebelumnya yang dia berikan pada Daffa. "Nih buat Kak Rendy." "Beneran ini buat gue?" Mika mengangguk-angguk sambil tersenyum simpul. "Thanks, Mika sayang," Rendy mencubit pipi Mika gemas. Darren menggeser meja kasar. "Kita ke perpustakaan aja, gue nggak konsen di sini. Berisik," ajak Darren pada Michelle kemudian pergi menjauh diikuti Michelle yang tersenyum manis ke arah Mikaela dan Rendy. Mika menatap punggung Daffa sedih. Kenapa sih kak Daffa? Untuk apa Mika ke kelas Daffa kalau cowok yang ia cari itu malah pergi meninggalkannya dengan cewek lain. Hiks "Aku balik ke kelas aja ya, Kak," pamitnya pada Rendy. "Nggak usah di ambil hati ya, Mik, mungkin kita memang berisik kali ya." Rendy memegang dagunya pura-pura berpikir kemudian membuka cheese cake yang diberikan padanya. "Kak Rendy?" "Hm, yaa." Rendy menjawab dengan mulut penuh kue. "Kenapa ya aku ngerasa kalau Kak Daffa bukan Kak Daffa." Uhuk... Uhuk! Detik itu juga Rendy tersedak hebat mendengar ucapan Mikaela. "Minum! Gue butuh minum." Rendy buru-buru lari keluar kelas dengan alasan mencari minum untuk menghindari obrolan tentang Darren. . Mika berjalan lesu ke kelasnya. Di kelas ia melihat Siska sedang asik memakan kuenya. Mungkin Siska sudah mengambilnya sendiri di tas Mika. "Kenapa Lo? Lemes banget kayak kangkung layu." tanya Siska sambil asik memakan kue dengan asiknya. Mikaela mengernyit. "Lho Sis, gue udah bawain cheese cake buat Lo." Bukannya menjawab pertanyaan Siska, Mikaela malah sibuk mengeluarkan kue yang ia buat dari dalam tasnya karena heran Siska bukannya memakan kue yang ia bawakan untuknya malah memakan kue yang berwarna hitam kecoklatan itu. Kotak bekal berwarna ungu itu diletakan di depan Siska. "Lha Lo ga ngomong sih, gue udah keburu kenyang nih." "Kemaren gue udah bilang kan sama Lo. Lagian Lo ngapain juga beli kue lagi." "Gue ga beli Mik, ini brownies dikasih sama Michelle tadi pagi. Oh iya, dia bawain Lo juga nih." Giliran Siska yang mengeluarkan kotak kue berwarna cokelat. "Enak lho Mik." Mika meraihnya dan melihat isinya, kue bronies dengan toping coklat parut yang sangat menggoda. "Terus kue gue gimana?" "Ya udah sini gue bawa pulang aja, lumayan kan buat cemilan nanti sore." "Hmm terserah Lo deh." Mika menyimpan brownies pemberian Michelle di laci mejanya melihat Siska melakukan hal yang sama. "Tuh anak baik juga ya Mik." "Hmm iya." Ntah kenapa Mika tidak suka, padahal kenyataannya memang Michelle baik, repot-repot membawakannya kue. Yang Mika pertanyaan adalah kenapa Michelle tidak memberitahunya tadi sewaktu mereka bertemu di kelas Daffa. "Lo kenapa sih? Pasti kak Daffa lagi." Kepala Mikaela bergerak turun ke meja, menyembunyikan wajah cantiknya diantara lengan tangan. "Sis..." Siska memperhatikan Mikaela dengan saksama. "Kenapa ya sis gue ngerasa kak Daffa itu beda banget?" "Beda gimana?" "Ya beda, cara dia memperlakukan gue, cara dia ngomong sama gue, beda banget." "Cuma perasaan Lo kali." "Gue juga nggak tau, apa gue ada salah sama dia? Atau jangan-jangan dia ilfeel sama gue?" "Hmmm bisa jadi." Mika memukul lengan Siska pelan. "Kok Lo ngomong gitu sih? Lo sahabat gue bukan?" Siska terkekeh. "By the way Mik, tadi pagi Michelle berangkat bareng Kak Daffa deh kayaknya, soalnya mereka jalannya aja bareng." Mika menegakan badannya. "Serius Lo?" Siska mengangguk. "Kok Lo baru ngomong sama gue?" "Habis Lo buru-buru banget deh ngacir ke kelas pangeran Lo itu, gue kan nggak bisa ngomong, Lo tau kan guru Kimia kita galaknya gimana? Ngalahin neneknya Tapasya. Mana gue berani." Mika menghela nafas kasar. "Hmm terus, sebenarnya, gue lihat tadi, kak Daffa juga bawa kue yang sama kayak yang dikasih Michelle ke kita. Kayaknya Michelle ngasih nih bronies buat kak Daffa juga deh." Lanjut Siska ragu-ragu. Mika terdiam. "Mik.. Mika, Lo nggak kenapa-kenapa kan?" Mika tersenyum manis ke arah Siska. "Lo ga kesambet kan?" Tanya Siska ngeri melihat sahabatnya yang tiba-tiba tersenyum. "Tenang aja sis, gue nggak kenapa-kenapa." "Terus?" "Terserah dia mau kasih kue lapis emas juga gue nggak peduli, yang gue tau kak Daffa itu nggak suka brownies dan kue cokelat. Kue kesukaan dia itu Cheese Cake. Apalagi buatan gue." Percaya diri Mikaela layak diacungi jempol. Terdengar tepuk tangan dari Siska. "Yeeyy selamet ya Mik, Lo selangkah lebih maju dari Michelle." Tukasnya hambar. "Ihh Siska, gue serius tau." Siska tertawa, sedikit agak lega melihat Mika sudah kembali ke sifatnya. "Lo nggak usah mikirin kak Daffa aja. Kerjain tugas kita yang tadi yuk," ajak Siska yang mulai sibuk mengeluarkan buku-bukunya. Ternyata si Michelle mencuri start darinya. Batin Mikaela yang sebenarnya masih memikirkan hal itu. . Darren memijat bahunya yang sedikit pegal. Hari ini ia merasa tasnya sangat berat. Cowok berambut cepak itu merebahkan diri di sofa ruang keluarganya. Memejamkan matanya sejenak melepas penat. Belum niat untuk mengganti baju, Darren menyalakan televisi agar rumahnya tidak terlalu sepi. Dilihatnya bi Inah, pembantunya datang membawakan satu teko orange juice dan gelas yang berisikan es batu. "Makasih bi," tukasnya. "Makan siangnya udah bibi siapin mas, tumben nih mas Darren akhir-akhir ini makan siang di rumah terus." Darren hanya tersenyum singkat. Setelah mengucapkan itu pembantunya itu kembali ke dapur. Ya, benar, sudah beberapa hari ini Mikaela tidak pernah membawakannya bekal. Bukan salah Mikaela sih, memang Darren yang menginginkan ini. Tidak mau merepotkan orang lain adalah hal yang paling utama dijunjung oleh Darren, karena bercermin pada sifatnya sendiri yang tidak suka jika orang lain membuatnya repot. Mengingat hal itu Darren jadi ingat tentang kue yang diberikan Mikaela dan Michelle tadi. Darren mengambil tasnya yang berat karena dua kotak bekal khas wanita itu sudah tersimpan rapi disana. Dikeluarkan keduanya dari dalam tas dan membukanya. Satu kotak berisi brownies, satu kotak berisi cheese cake kue yang paling tidak ia sukai. "Bi, bibi," Darren sedikit berteriak memanggil bi Inah. "Ya, mas," bi Inah tergopoh-gopoh mendatangi Darren. "Bi, nih ada kue untuk bibi," Darren menyodorkan kotak bekal Mikaela. Bi Inah melirik ke dalamnya. "Wah kue keju ya mas?" Ucap bi Inah sambil mengambil sepotong kue dan memasukan ke dalam mulutnya. "Enak banget mas kuenya." Puji bi Inah tulus. "Ya udah itu buat bibi aja." Bi Inah tahu kalau tuan mudanya itu tidak suka keju. "Beneran buat bibi mas? Udah tau nggak suka keju, masih beli kue keju." sindir bi Inah. "Itu dikasih bi." Bi Inah melirik ke kotak sebelahnya lagi. "Yang itu brownies bi, dikasih juga, kalau bi Inah mau ambil aja nggak apa-apa." tawar Darren. Bi Inah menggeleng-geleng. "Nggak mas, itu kan kue kesukaan mas Darren. Brownies, kue cokelat, Risoles, itu kesukaan mas Darren semua." "Yang ini kesukaan mas Daffa." Lanjut bi Inah dengan raut wajah yang berubah. "Bi Darren laper." Darren mencoba mengalihkan pembicaraan yang mulai mengarah lebih dalam ini. "Udah bibi siapin semua mas, beres." Bi Inah mengambil kue yang diberikan kepadanya tadi dan berniat membawanya ke dapur. Sebelum itu ia ingat akan sesuatu. "Mas Darren," panggilnya. "Hm?" "Ini kue dari non Mika?" Darren langsung mengalihkan pandangannya ke bi Inah. "Pasti ini untuk mas Daffa ya?" Darren hanya mengangguk. "Mas Daffa pasti sangat senang kalau tau non Mika buat kue untuk mas Daffa, kapan ya mas Daffa sembuh?" "Hmm kita doain aja ya bi." "Iya mas, semoga mas Daffa cepet sembuh. Dulu mas Daffa bisa makan kue keju satu kotak, bibi nggak dibagi, katanya nanti bibi dibeliin kue yang lain, soalnya katanya kue itu dibuat sama cewek spesial." Cerita bi Inah mengenang Daffa. Darren hanya diam mendengarkan sesuatu yang tidak ia ketahui dari bi Inah. "Terus mas Daffa bilang, kalau cewek itu cantik, manis, baik hati. Wajahnya Mas Daffa kelihatan bahagia banget, bibi jadi ikut seneng. Mas Daffa bilang namanya Mikaela. Dia itu satu-satunya cewek yang mau dekat sama mas Daffa katanya." Darren menghela nafas, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia bingung ingin memberikan respon apa pada pembantu yang sudah ia anggap seperti keluarganya itu. "Bibi jadi ingin ketemu sama non Mika. Bibi pengen lihat bagaimana cewek yang bisa bikin mas Daffa bahagia, dia cantik ya mas Darren?" "Cantik." Darren jujur. "Bibi kangen sama mas Daffa, bibi senang waktu mas Daffa bilang itu rahasia mereka berdua dan jangan bilang sama Bu Ema katanya," Bi Inah tertawa dengan bangga menceritakannya. Sebenarnya Darren maklum kalau bi Inah lebih menyayangi Daffa dan dekat dengan Daffa daripada dengannya. Karena Daffalah yang lebih sering bersama bi Inah. Bi Inah sudah sangat baik kepada keluarganya. "Aduh bibi jadi keterusan. Mas Darren pasti laper banget deh, ya udah mas Darren makan dulu aja. Bibi mau ke depan, mau bagi kuenya sama si Mamat." Pamit bi Inah. "Iya bi, makasih." Rasa lapar Darren hilang seketika mendengar cerita bi Inah. Dilihatnya kue brownies dari Michelle yang sedari tadi menggoda untuk dikunyah. Akhirnya Darren putuskan untuk memakan kue browniesnya saja. Rasanya lumayan. Tidak terlalu manis. Darren tidak suka makanan yang terlalu manis. Dia jadi rindu masakan Mikaela yang rasanya pas di lidahnya. Apa dia harus memintanya pada gadis itu ? Tidak. Dia tidak akan melakukan itu dan membiarkan Mikaela lebih dekat padanya. Yang Mikaela sukai bukan dirinya tapi kembarannya. Tapi kenyataannya sekarang Darren adalah Daffa. Tugas Darren hanya tetap membiarkan Mikaela menganggapnya Daffa hingga Daffa kembali kehadapannya. Tiba-tiba ponsel Darren bergetar. Dari Michelle. Michelle 'Kak, aku ke rumah ya? Mau belajar ' 14:29 Cewek ini bener-bener seperti Mikaela. Darren 'Nggak bisa, gue mau pergi.' 14:31 Michelle 'Kemana kak?' 14:32 Drrtt Drrrttt Ponsel Darren bergetar lagi sebelum sempat membalas pesan Michelle. Bawel 'kakak sayang kue nya enak kan?' 14:33 Darren ingat ucapan bi Inah ketika mencicipi kue buatan Mika tadi. Darren 'enak' 14:34 Drrrttt Drrrttt Ponsel Darren tidak berhenti bergetar. Antara Michelle dan Mikaela pasti. Pikir Darren Michelle 'kok nggak bales kak?' 14:37 Bawel 'besok-besok aku buatin lagi ya kak ' 14:37 Darren merasa pusing. Kemudian kembali mengetikan sesuatu di ponselnya. Darren 'gue udah punya pacar Michelle, perlu gue ingetin kalau gue Darren bukan Daffa.' 14:40 Darren 'Ayam rica-rica' 14:40 Darren terkekeh geli melihat hal terakhir yang ia tuliskan kepada Mikaela. Dia berharap Mika peka akan kode kerasnya itu. Tak lama kemudian balasan dari Michelle diterimanya, tapi Darren tidak berniat untuk membuka pesan itu. Setelahnya menyusul balasan dari Mikaela yang membuat tangannya gatal untuk segera membuka pesannya dan mengetahui respon Mikaela. Bawel 'As your wish my love ' 14:44 Tbc...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN