"Aku benci sama, Bapak. Bapak sudah menipu aku!" sengit Adys. Adyt menghela nafas. 'Mungkin sekarang saatnya, aku harus belajar menahan emosi, lebih bisa memahami perasaan seorang istri. Bukan saatnya lagi mengemukakan ego. Adys masih terlalu muda, masih belum bisa menahan amarah.' "Aku menipu apa?" Adyt berusaha berucap selembut mungkin. "Bapak kalau ada maunya bilang cinta, tapi nyatanya cuma di bibir saja!" sengit Adys dengan suara tinggi "Aku nggak bohong, aku memang cinta sama kamu, Sayang," bujuk Adyt. "Enggak usah bilang sayang kalau nggak tulus, sayangnya cuma modus!" Volume suara Adys semakin tinggi saja. "Aku benar-benar sayang sama kamu, Dys, bukan modus." Adyt tetap berusaha bersuara lembut. Adys menghapus air matanya dengan kasar. Kakinya ingin melangkah, tapi tubuhn