Bab 28.

1315 Kata

Winasih masih menangis dipelukan Handoko. Hatinya begitu hancur, mendapati kenyataan tentang masa lalu Elang dengan Jenita. Ia tidak menyangka sang putera dengan tega meninggalkan Jenita saat perempuan itu tengah berbadan dua. Dada Winasih semakin berdenyut nyeri saat mendengar cerita hidup Jenita di negeri orang dari bibir Tian. Winasih tidak bisa membayangkan bagaimana Jenita membesarkan El seorang diri, tanpa dukungan dari keluarga. Terlebih tidak memliki suami. “Mengapa Elang tega, Pa? Mama seperti tidak mengenal putera kita,” ucap Winasih di sela tangisnya. “Sudah, sudah, Ma. Yang terpenting sekarang cucu kita sehat.” Handoko mencoba menenangkan sang istri. Lantas maniknya kembali menatap El yang tengah menikmati pudding buah. Senyumnya tanpa sadar mengembang, hatinya menghangat m

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN