Sewaktu di Sydney, Jenita pernah membayangkan suatu hari ia akan kembali dipertemukan dengan Ayah biologis El. Saat itu yang ingin ia lakukan adalah menampar lelaki tak bertanggung jawab yang sudah merenggut mahkotanya lalu dengan mudah pergi ke pelukan perempuan lain. Saat itu, ingin Jenita memaki dengan berbagai macam sumpah serapah. Ya, saat itu. Namun kini, setelah bertatap muka langsung dengan Elang, ia sendiri tidak mampu menggambarkan perasaan mana yang lebih dominan. Benci ataukah rindu. Pembicaraan serius yang sedang mereka lakukan, membuat amarah yang selama ini bercokol di dadanya sedikit memudar. Ia bisa melihat dengan jelas, lelaki di depannya kini tengah merasakan penyesalan. "Kenapa?” tanya Jenita penasaran. “Saya tidak ingin mendengarnya. Saya tidak bisa membayangkan keh