Nero melipat kedua tangannya di depan d**a, sejak satu jam yang lalu ia sudah menceramahi pria manekin yang kini duduk dengan wajah datar. Pria bertopi klasik itu memijat pangkal hidungnya, sepertinya percuma ia menceramahi pria berwajah datar itu. "Ryu, kau tahu acara itu hanya ada sekali dalam seumur hidup. Kau akan melihatnya lagi setelah adanya penerus keluarga Roulette generasi selanjutnya. Itu pun jika kau masih hidup panjang." Ryu hanya bergumam lalu mengangguk pelan dengan wajah datarnya. "Kau mendengarkanku?" "Ya." "Apa yang kukatakan?" "Begitulah." "Astaga, Ryu!" Nero kembali menggelengkan kepalanya. "Aku ... aku hanya ingin mengukir kenanganku." Nero menoleh menatap Ryu tidak percaya. "Kenangan?" Nero membeo. "Aku ingin membuat kenangan tentang kami, kenangan indah saat