Bab 17

1607 Kata
Shafir kembali dari toilet, Rora langsung menyambar dengan pertanyaan mengapa wanita itu lama sekali di sana? Shafir tersenyum tipis dia menatap ke arah Gaston lalu duduk dengan hati-hati. "Tidak ada, hanya saja aku sedikit bermasalah dengan pencernaan." Jawab Shafir. Gaston terlihat membuang wajahnya, tapi jelas lelaki itu sesekali melirik dirinya. Shafir tahu Gaston kesal karena lelaki itu mulai goyah karena dirinya. Maka Shafir akan memanfaatkan segala macam bentuk persamaan Gaston. Kejenuhan, penasaran, hasrat dia akan melakukan semua itu demi menjerat Gaston dalam cinta lalu menghancurkan lelaki itu dengan cinta itu sendiri. "Kalau begitu, pesanlah jus ...." Ujar Rora menyarankan. Shafir mengiyakan. Mereka berdua nampak asik, Rora bisa tertawa dengan lepas karena beberapa lelucon yang Shafir katakan. Sedangkan Gaston terlihat semakin tertekan dengan kedekatan ini. Gaston pasti risau dan was-was kepada maksud hati Shafir sebenarnya. "Sepertinya, aku harus kembali ... Aku hanya mengambil libur setengah hari saja, jadi sebelum makan malam aku harus sudah ada di tempat kerja." Jelas Shafir. Rora nampak sedih, tapi dia juga penasaran di manakah Shafir bekerja. "Benarkah? Sayang sekali padahal aku baru saja nyaman mengobrol denganmu." Ujar Rora. ", Ngomong-ngomong di mana kau bekerja? Perusahaan apa?" Tanya Rora memperjelas. "Aku tidak bekerja sebagai karyawan kantoran, tapi seorang pelayan di rumah keluarga kaya Black Jerico," ujar Shafir membuat Gaston terkejut. Jadi Shafir bukan hanya penari yang Black Jerico sewa melainkan pekerja di rumah itu. Menarik, cukup menarik dengan fakta-fakta yang mengejutkan ini. Sisi misteri Shafir menjadi daya tarik baginya. Rora memiliki ide cemerlang, jika menang harus menjadi pelayan Mengapa tidak menjadi pelayan pribadi Rora saja? "Kenapa kau tidak berhenti dari tempat kau bekerja lalu bekerja untukku, jadilah asisten pribadiku ... Itu jauh lebih baik, untuk urusan gaji aku aja. Berikan yang lebih besar dari Black Jerico." Rayu Rora, Shafir menaikan alisnya. Ajarkan Rora benar-benar menggiurkan, tapi dia tidak bisa langsung memberikan jawaban begitu saja, kerena dia harus memintanya izin pada Black Jerico. "Aku sangat senang dengan tawaranmu, tapi bisakah berikan aku waktu untuk berpikir, Karena aku harus bicara lebih dulu kepada majikanku." Ujar Shafir. "Tentu saja kau bisa bicara terlebih dahulu, aku akan selalu membuka pintu untukmu di kediamanku." Perkataan Rora membuat Shafir geli. Wanita itu sepertinya lupa jika semua yang ia miliki hanyalah hasil merampas kebahagiaan orang lain. Berpikir jika kediaman Brown adalah miliknya, benar-benar membuat Shafir teriris dan menyimpan kemarahan di hatinya. Gaston menatap Shafir, lelaki itu menghela nafas pada keputusan Rora, tapi dia juga tidak bisa membantah dan membuat kekasihnya kesal. Gaston mengajak Rora pergi dari sana, dan wanita itu setuju, dua orang itu terlihat begitu bahagia, mereka pergi sembari bergandengan tangan dan tertawa riang. Pemandangan yang benar-benar melukai hati Shafir. Kini Shafir bersumpah akan menjadi bayangan gelap dalam hubungan mereka, ia akan menjadi pandangan buruk dan kehancuran bagi dua orang itu. *** Shafir kembali ke kediaman black Jerico, dia langsung mengganti pakaiannya lalu menuju dapur setelahnya, ia menyiapkan meja dan menata piring untuk makan malam. Setelah semuanya beres Shafir memilih untuk melakukan pekerjaan yang lain. Saat itu dia memikirkan penawaran Rora. Asik memikirkan semua itu dia tidak menyadari jika kepala pelayan Suesan ada di sana, wanita tua itu ikut duduk karena dia membaca raut wajah kekhawatiran dari ekspresi yang wanita itu tunjukkan. "Kau memikirkan sesuatu?" Tanya wanita itu pada shafir. Shafir menggeleng seolah menyembunyikan semua pemikiran yang ada di hatinya seorang diri. Tapi Suesan lebih berpengalaman dia sudah banyak menemui berbagai macam jenis orang dan dia tahu jika wanita itu sedang tidak baik-baik saja. "Kau bisa menceritakan semuanya, aku tidak akan mengatakan apapun, aku hanya akan mendengarkan. Tidak baik menyimpan Keresahan di hari untuk waktu yang lama." Ujar wanita tua itu. Shafir menunduk dia menarik nafasnya dan menjelaskan jika dia di tawari bekerja di kota, Kepala pelayan Suesan mendengarkan sampai akhirnya wanita itu menanyakan apa yang harus dia lakukan? "Apakah kau menginginkan pekerjaan itu? Jika iya kau tidak perlu bimbang terima saja ..." Jelasnya. "Aku hanya mereka pekerjaan ini adalah kesempatan besar untuk aku agar bisa mencapai tujuanku." Jawabnya. "Maka lakukan apa yang menurutmu Benar, jika itu adalah salah satu tujuanmu maka jangan ragu," Shafir sudah memutuskan dia akan mengambil pekerjaan yang Rora tawarkan untuknya. "Baiklah, terima kasih sudah membantuku menemukan jawaban, aku sudah putuskan aku akan bekerja di kota saja. Aku akan membicarakan ini kepada Tuan Black Jerico, sebelumnya." Shafir tidak ingin membuang waktu dia langsung pergi untuk menemui Black Jerico di ruangannya. Wanita itu menekan tombol, membuat pintu Otomasi terbuka karena sidik jari miliknya terbaca. Black Jerico sedang duduk baik di kantor atau di rumah lelaki itu hanya sibuk dengan pekerjaan saja. Black Jerico mengalihkan pandangannya dia masih mengingat kejadian bra waktu itu dan pipinya kembali terasa panas karena hal itu. Shafir masih berdiri tanpa mengatakan apapun, wanita itu terlihat gugup saat ingin menyampaikan apa yang sudah ia putuskan. Apakah lelaki ini akan mengizinkan dirinya. "Ada apa kau kemari tidak hanya untuk diam saja, bukan?" Tanya Black Jerico. Shafir tersenyum kecil lelaki ini benar-benar pintar membuat seseorang merasa terekam jika di hadapannya. "Aku, aku berpikir untuk mengambil tawaran yang Rora katakan, dia mengajak aku untuk bekerja sebagai asisten pribadinya ... Apakah boleh, aku berhenti bekerja dan bekerja untuk dia? Kau tahu ini sebuah kesempatan besar untukku mendekat mereka, akan lebih mudah bagiku menghancurkan mereka dari dekat!" Jelas Shafir dengan penuh semangat, tapi yang ia dapatkan setelah semua itu hanyalah tatapan dingin Black Jerico, jelas lelaki itu menunjukkan ketidaksetujuan dalam setiap detil ekspresi yang dia tunjukkan saat ini. "Jadi, kau mau melanggar perjanjian di antara kita?" Tanya Black Jerico. Ia ingin Shafir sadar jika selain tujuan balas dendam wanita itu juga memiliki janji yang harus ia penuhi lada Black Jerico. Dia sudah menyetujui untuk bekerja dengan Black Jerico maka akan buruk jika wanita itu malah ingin berhenti. Shafir lupa jika dirinya terikat oleh lelaki ini, dia lupa jika Black Jerico memiliki hak atas Dirinya. "Jadi aku tidak boleh pergi?" Tanya Shafir. "Tidak ... Kau bisa menghancurkan mereka berdua tanpa harus pergi dari sini, aku sudah janjikan balas dendam untukmu kau hanya perlu percaya padaku, kau ingin mereka hancur akan Aku buat itu terjadi, tapi kau hanya perlu berasa di sini." Ujar Black Jerico, entah mengapa ucapan lelaki itu malah membuat Shafir salah tingkah. "Jika tidak ada lagi yang ingin kau bicarakan silahkan pergi," Black Jerico kembali mengabaikan Shafir dengan nada dingin. Shafir sendiri memanyunkan bibirnya, dia merasa Black Jerico ini begitu mudah tersinggung. Akhirnya Shafir, pergi menyisakan lelaki itu sendiri. black Jerico menghela nafasnya dan bersandar pada kursi. Dia nampak tidak tenang terlebih melepaskan wanita di itu di antara dua orang yang sudah pernah sekali ingin melenyapkan Shafir. Ia tidak tahu kenapa kekhawatiran ini terkesan sedikit berlebihan? Seharusnya dia tidak sejauh ini. Tapi perasaan itu membuat dua ingin melindungi Shafir, manusia jika dia mencoba berusaha yang terbaik untuk wanita itu setelah semua yang tejadi. **** Rora tersentak, dengan nafas yang putus-putus ia menikmati setiap hentakan pinggul Gaston, tiba-tiba saja lelaki itu b*******h, membuat dirinya yang tertidur lelap mau tidak mau harus memuaskan Kekasihnya itu, rintihan dan desahan Rora bagai alunan penyemangat untuk Gaston, lelaki itu mencengkram rambut Rora menarikannya kebelakang hingga posisi tubuh wanita itu membuat dirinya lebih leluasa memperdalam penetrasinya. Rora melenguh kala Gaston melakukan dengan kasar, lelaki itu begitu bersemangat hingga Rora berkali-kali mendapatkan pelepasan. Suara di kamar itu penuh dengan irama khas kulit yang bersentuhan, terlebih desahan dan erangan mereka begitu keras dan jelas. Tidak merasa puas Gaston merubah posisi mereka kini lelaki itu membawanya ke balkon di mana tempat itu begitu terbuka. Rora tidak dapat menolak dia hanya bisa menerima dan menikmati permainan yang lelaki itu lakukan. Bulan dan bintang menjadi saksi bagaimana mereka bercinta di tempat yang terbuka, tidak memperdulikan orang-orang yang mungkin tanpa sengaja melihat mereka. Gaston memang terkadang senang melakukan percintaan seperti ini, di tempat terbuka dan tidak terduga, kadang di ruang makan, kadang dia parkiran mobil di manapun yang membuat ia tentangan. Kali ini dia balkon yang memungkinkan mereka terekspos tapi lelaki itu tidak peduli dia hanya ingin menikmati percintaan yang dia mau. *** Shafir merenung membuat kepala pelayan Suesan tahu jika sepertinya wanita itu dilarang untuk pergi ke kota. Entah ala sebanarnya hubungan tuan Black Jerico dan Shafira tapi dia tahu ada sesuatu yang spesial di antara mereka berdua. Mau di rahasiakan bagaimanapun cara tuanya Black Jerico menatap Shafir berbeda dengan cara lelaki itu menatap yang lain. Entah Tuannya itu menyadari semua itu juga atau tidak. Tapi dirinya sudah merasakan itu dari pertama kali Shafira datang kemari. "Kenapa apakah tuan tidak mengizinkan pergi?" "Iya dia tidak mengizinkan aku pergi ..." Jawab Shafir. Kepala pelayan Suesan tersenyum kecil sambil menggeleng, lebih baik kau di sini saja, gaji yang Tuan kita berikan adalah yang tertinggi." Jelas Suesan menghibur. Tapi bukan itu yang Shafir cari. Baru saja mereka berbincang kini black Jerico sudah muncul, entah apa yang membuat lelaki itu datang ke sini? Tidak biasanya seperti ini. "Shafira! Ikut denganku sekarang!" Tegas Black Jerico. Shafir terkejut matanya melotot mendengar apa yang barusan lelaki itu katakan, ada apa lagi sih sehingga lelaki harus memanggilnya dengan cara seperti ini. "Iya ada apa, Tuan?" "Mulai sekarang selain kepala pelayan Suesan, kaulah yang bertanggung jawab atas keperluanku, sekarang kau akan menjadi pelayan khusus untuk aku ... Selain aku dan kepala pelayan Suesan, tidak ada yang bisa memerintahkan kau ..." Shafir menekan salivanya apa lagi ini. Sebenarnya apa yang sedang pria itu lakukan! "Tapi kenapa harus saya?" "Syarat bekerja di rumah ini yang paling penting adalah, lakukan tanpa banyak bertanya ... Aku sudah memilihmu maka kau hanya perlu melakukan seperti yang aku perintahkan." Jelas lelaki itu kaku setelahnya ia lebih begitu saja. Tatapan pelayan lain tertuju pada Shafir, Wanita itu nampak tertekan dengan apa yang terjadi, Black Jerico ini sepertinya sengaja melakukan semua ini untuk membuat dirinya kesal.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN