Seorang lelaki masuk ke ruangan besar yang terlihat simpel dan mewah dia sana sudah ada sebuah meja kerja yang tertata rapi dan bersih. Lelaki itu mendudukkan dirinya di sana dengan santai.
Seorang wanita berambut maroon masuk dengan secangkir kopi hitam di tangannya.
"Tuan ... " Sapa wanita itu pada lelaki yang hanya fokus pada berkas di depannya.
"Letakan saja ..." Jawabnya seakan tahu apa yang sedang asistennya bawa.
Wanita itu hanya tersenyum sebelum kemudian pergi.
Black Jerico adalah seorang miliarder dunia kekayaan lelaki itu berada dalam posisi 5 tertinggi di seluruh dunia memang bukan yang pertama. Namun, di posisi 5 saja sudah lebih dari cukup.
Orang-orang biasa memanggilnya Black bukan karena kulitnya hitam atau menyukai warna itu tapi itu hanyalah sebuah nama saja. Lelaki itu bertubuh tegap dengan tinggi badan 189 cm, kulit Black sangatlah putih layaknya kulit orang-orang Eropa, rambut lelaki itu berwarna coklat tua dengan mata abu-abu muda yang menyempurnakan segala ketampanannya.
Black adalah seorang yang gila kerja, bersifat dingin dan acuh, lelaki itupun terkenal dengan mulut jahatnya yang dapat mengatakan segala hal menyakitkan walau sebenarnya apa yang ia katakan adalah kebenaran.
Karena pada dasarnya kebenaran cenderung menyakitkan.
Black yang sedari tadi sibuk menatap berkasnya kini beralih lelaki itu mengambil tablet miliknya dan menghubungkan benda itu ke CCTV yang berbeda di ruang rawat Shafir.
Black terlihat datar dan sabar menunggu apa yang akan Shafir lalukan. Wanita yang sudah beberapa menit berdiam diri sambil menatap ke arah Amplop coklat yang ia berikan beberapa waktu berlalu hingga sudut bibir Black terangkat dengan sebuah smirk kecil lelaki itu mematikan layar tablet tepat saat melihat Shafir akhirnya memilih membuka amplop itu.
Tidak ada yang tau apa yang Shafir pikiran begitu juga orang-orang kepercayaan lelaki itu, mereka sama sekali tidak mengetahui jalan pikiran serta rencana Black mereka hanya melakukan perintah untuk menyelamatkan Shafir saat kecelakaan yang terjadi di depan lelaki itu.
****
Shafir memberanikan diri membuka amplop itu dan saat ia melihat apa isi di dalamnya betapa hancur hati Shafir saat itu.
Ia melihat beberapa foto Gaston yang tengah b******u mesra dengan wanita lain yang mana wanita lain itu adalah Rora kepala pelayan Shafir. Belum sampai di situ Shafir pun mengetahui bahwa mereka sudah mengatur rencana ini sedari awal dengan memanfaatkan kebutaan Shafir mereka bersandiwara untuk mengelabui dirinya. Shafir menangis saat melihat mereka bahkan tega b******u saat dirinya juga ada di sana, benar-benar seperti menganggap Shafir si buta yang bodoh. Shafir memegangi dadanya dia ingin menolak kebenaran ini, rasa cinta dan kebahagiaannya yang selama ini ia jalani tidak mungkin sebuah kepalsuan bukan. Shafir menangis sejadi-jadinya, tapi apa yang ia lihat belumlah semuanya karena Black sudah menyiapkan sebuah rekaman untuk wanita itu dengarkan.
Shafir menekan tombol on pada perekam itu hingga ia mendengar percakapan yang ada di dalamnya. Pertama di awali oleh percakapan romantis Gaston dan Rora, lalu di lanjutkan dengan percakapan antara Gaston dengan seorang yang tidak ia tahu suara itu milik siapa, percakapan itu tentang pemalsu surat nikah serta pembuatan dokumen pengalihan saham perusahaan Shafir menjadi kepemilikan Gaston. Sial, lelaki itu benar-benar baj*ngan jadi yang Shafir tanda tangani adalah dokumen pemindahan kekuasaan bukannya dokumen nikah.
Shafir meremas ujung bajunya dia tidak menyangka orang yang begitu ia percayai malah mengkhianatinya, orang yang ia cintai dengan tulus malah memanfaatkan kekurangannya dan menari bersama wanita lain di depannya hanya karena dia buta.
Namun, Shafir kembali tertegun dengan percakapan Gaston dengan supirnya. yah, seperti yang lelaki misterius itu katakan kecelakaan yang terjadi adalah rencana yang kekasihnya itu rencanakan. Shafir hanya diam mendengarkan betapa detail rencana Gaston untuk melenyapkan dirinya tapi jauh dari semua itu pikiran Shafir sedang tertuju kepada bagiamana caranya lelaki itu mendapatkan semua bukti ini dan siapakah lelaki itu, mengapa dia menyelamatkan Shafir juga pengelihatannya ... Tunggu tapi bagaimana bisa Shafir bisa melihat bukankah matanya tidak dalam kondisi memungkinkan untuk melakukan operasi.
Di sisi lain, Black bangkit dari kursinya lelaki itu meninggalkan ruangannya dan menuju basemen di sana sudah ada mobil yang menunggu nya dengan seorang lelaki berkepala cepak dan pakaian hitam.
"Anda ingin pergi kemana Tuan?" Tanya lelaki itu.
"Antar aku pulang ..." Jawab Black. "Tunggu, sebelum itu antar aku ke rumah sakit." Sambungnya.
"Baik, Tuan." Jawab lelaki yang biasa di panggil Jered itu. Tidak lupa ia membukakan pintu untuk tuannya itu sebelum akhirnya ia juga ikut masuk dan duduk di kursi kemudi.
****
Shafir berteriak membuat beberapa perawat masuk karena panik. Namun, ternyata semua itu hanyalah cara Shafir untuk memancing mereka masuk karena sedari tadi tidak ada perawat yang menanggapi panggilannya.
"Ada apa, Nona!" Tanya seorang perawat wanita pada Shafir.
Shafir mengusap wajahnya kasar lalu menarik nafasnya panjang sebelum akhirnya menampilkan wajah datar membuat para perawat itu heran.
"Berikan aku ponsel ..." Ucap Shafir memaksa, sedangkan para perawat seketika saling pandang seolah apa yang Shafir minta adalah sesuatu yang sulit.
"Ayolah, aku hanya meminjam ...." Ucap Shafir meluruskan.
"Maaf, Nona. Tuan Jerico melarang kami memberikan ponsel atau apapun tanpa seizin beliau."
"Tuan Jerico? Siapa dia? ... Apa dia lelaki itu?" Ucap Shafir dengan tatapan menyelidik.
"Lelaki mana lagi memangnya yang kau temui?" Ucap Black yang sudah ada di muka pintu.
"Kau,"
"Salahku lupa memperkenalkan diri ..." Ucap Black sambil berjalan mendekati Shafir. "Perkenalkan ... Aku Black Jerico pemilik rumah sakit ini." Jelas lelaki itu dengan terselip nada sombong di sana.
"Aku sudah melihat semuanya ..." Jelas Shafir.
"Aku tahu," jawab lelaki itu
"Bagaimana kau bisa tahu?"
"Kau berada di bawah pengawasanku, Nona kecil." Jawab Black remeh
Shafir tersenyum sinis dengan jawaban lelaki itu, tapi mau bagaimanapun lelaki itu tetap penyelamat hidupnya.
"Aku tidak akan bertanya bagaimana kau mendapatkan semua bukti itu, tapi yang paling ingin aku tanyakan adalah mengapa kau menyelamatkan aku dan membantuku mendapatkan semua kebenaran ini? Siapa kau? Apa hubungan kita ... Hingga kau bertindak seperti ini?" Semua orang di sana diam menunggu jawaban atas pertanyaan Shafir, karena bukan hanya wanita itu tapi mereka semu juga penasaran atas alasan Black Jerico menyelamatkan wanita itu.
"Apa itu penting?"
"Apa?"
"Aku hanya menyelamatkanmu karena ingin saja, tidak ada yang spesial apalagi menyangkut hubungan antara kita ... "
"Alasan yang tidak masuk akal, jika kau hanya mau membantu kau tidak akan repot-repot memberikan semua ini."
Kali ini tatapan Black berubah tajam dia bukan seseorang yang suka mendengar banyak pertanyaan.
"Pergilah ...." Ucap lelaki itu dingin.
"Apa?" Shafir terperangah dengan jawaban lelaki itu.
"Kau terlalu banyak bicara ... Harusnya aku biarkan kau mati,"
Ucap Black acuh. "Biarkan dia pergi jika dia ingin ..." Ucap Black pada kepala perawat.
"Tunggu!!" Seru Shafir.
Membuat Black berbalik menatapnya.
"Bukankah kau keterlaluan, ucapanmu sangat menyakitkan." Bagi Shafir ini pertama kalinya ia mendengar kalimat keji seperti itu.
"Aku tidak perduli pada perasaanmu, aku hanya mengatakan apa yang aku mau, jika kau merasa tindakan yang aku lakukan salah, kau bisa pergi ... aku bukan seorang yang akan memaksakan sesuatu pada seseorang. hanya saja aku ingin mengatakan satu hal, kau memang masih hidup ... tapi di dunia ini semua orang sudah menganggap kau mati." Jelas lelaki itu sebelum benar-benar pergi.