Bab 8

1344 Kata
sudah beberapa hari Shafir bekerja di kediaman, Black Jerico. dia melakukan segala pekerjaan yang kepala pelayan Suesan minta. bangun pagi lalu tidur, seperti itu terus Shafir tidak ada waktu bahkan untuk memikirkan kesedihan dan balas dendam yang ia ingin lakukan. Hari ini, hujan rintik-rintik dia awal April, menghantarkan wangi musim semi yang sudah begitu terasa. bunga-bunga di tanaman kediaman Black Jerico mulai berkuncup dengan tunas-tunas yang mulai menguat ingin mejadi dahan dan ranting baru. Shafir duduk di taman sejenak, ia mencuri waktu di sela padatnya pekerjaan. beruntung saat ini Suesan tidak terlalu memperhatikan dirinya, wanita tua itu seperti sibuk dengan sesuatu hal yang lain. dalam dia ia memperhatikan, saat Black Jerico keluar, Lelaki biru berjalan menuju sebuah paviliun yang terpisah dari bangunan utama, sungguh Shafir baru memperhatikan keberadaan bangunan kecil itu lebih dekat, ia sempat berpikir itu hanyalah gudang. Shafir tergerak ia melangkah mengikuti Black Jerico yang bejalan agak jauh di depan. Shafir mengendap-endap takut jika dirinya nanti malah ketahuan. ia terus berjalan mengikuti Black Jerico. Saat pria itu berhenti maka dia juga berhenti, tiba-tiba lelaki kru hilang dari pandangan Shafir entah kemana dia menghilang begitu saja. Shafir cemas dia berbalik berniat pergi tapi tidak terduga lelaki itu sudah berada di belakangnya dengan wajah dingin menatap kearah dirinya. Shafir tercekat, dia berjalan mundur sedangkan pria itu bejalan maju mendekatnya, Shafir gemetar lelaki itu menatap seolah ingin membunuh dirinya. "Kau sedang apa di sini? memata-matai aku?" tanya lelaki itu menuduh. Shafir menggeleng cepat dia menyangkal walau kebenarannya sudah nyata dia memang mengikuti lelaki itu. "Lalu kenapa mengendap-endap seperti pencuri? mengambil sesuatu?" lelaki ini mungkin sedang habis akal, seenaknya menuduh Shafir mencuri. "Tidak, aku tidak akan pernah mencuri ... jangan asal menuduh!" ujar Shafir yang nampak tidak senang hati dengan tuduhan itu. Black Jerico, menghela nafasnya. Baiklah, jika itu yang terjadi. "Pergilah, kembali ke perkejaanmu saja ...." ujar Black. saat langkah pria itu mulai menjauh, Shafir berseru membuat langkah pria itu terhenti seketika. "Kapan kau akan membantu aku membalas dendam? kapan aku bisa melakukan hal itu? satu bulan aku hanya terus-terusan bekerja membersihkan kediamanmu ...." ujar Shafir dengan menunjukan kekesalan. Black Jerico berbalik, dengan wajah dingin dan nampak tidak suka lada pertanyaan yang Shafir lontarkan. "Apakah balas dendam yang kau maksudkan hanya sebuah tamparan? menyiram wajah tunanganmu dengan air dan mengumpat di depan umum? apakah balas dendam yang kau inginkan? hanya tentang kepuasan saja?" Shafir bingung dengan pertanyaan yang Black Jerico tanyakan. wanita itu terdiam dia, tidak ingin pembalasan seperti itu. Dia ingin hal menyakitkan yang akan terjadi pada Gaston, dia ingin lelaki itu hancur berkeping-keping dan di permalukan di depan umum. Dia ingin kejelekan dan wajah asli lelaki itu terbuka, semua kebenaran tentang dirinya diketahui. Shafir ingin kehancuran dan penderita bagi mereka yang sudah menghancurkan keluarganya. Shafira ingin mereka tercabik-cabik dan memilih untuk mati. Tanpa sadar air mata Shafir menitik, dia ingin yang terburuk dan yang paling buruk untuk Gaston dan Rora. "Tujuan itu tidak di bentuk dalam waktu singkat .... akan panah yang tajam tidak di buat dalam satu hari ...." ujar Black Jerico. "Kau harus mengatur perasaanmu, kesabaran dan banyak hal lagi. setelah aku melihat kau siapa untuk balas dendam maka aku akan menunjukan jalan. Mejalani kehidupan sebagai pelayan, anggap saja ini latihan untuk membangun kepribadian baru, ingat Kau bukan Shafir si Nona manja tidak tahu apapun, kelak kau akan menjadi Shafira Alodia Rubby ... wanita yang bisa melakukan apapun, bukannya mengeluh kau harusnya mempelajari banyak hal dari Kepala pelayan Suesan ... dia wanita perfeksionis, kau akan sempurna jika mengikuti apa yang dia katakan." Sambung Black Jerico menuturkan alasan sebenarnya menjadikan Shafir pelayanan, bukan tanpa alasan. Dia ingin Shafir tidak menjadi karekter yang sama, ia ingin membangun sisi kokoh wanita itu dengan menanamkan nilai-nilai yang tidak ia miliki sebagai seorang nona Shafir Adella Brown. Shafir tertunduk malu, dia sadar jika dirinya memang belum siap untuk semua yang di sebut dengan pembalasan dendam. "Maafkan, aku meragukan kau." ujar Shafir. "Wajar, kau sudah hancur di titik ini akan sulit untuk tidak meragukan orang lain." jawab Black. "Tapi bolehkah aku bertanya, tempat apa itu? gudang kah?" "Bukan, itu bukan Gudang, itu studio seni ...." jawab Black. "Studio seni?" "Kau mau melihatnya?" ajak Black tanpa di duga. "bolehkah? Mungkin aku akan dapat masalah jika kepala pelayan Suesan tahu ...." Black menggeleng sambil tersenyum tipis. sepertinya wanita ini lebih takut kepada kepala pelayan Suesan dari pada dirinya. "Jika dia tidak tahu mana bisa dia marah ... tapi jika ragu dan takut, ya sudah ... kembali saja bekerja." ujar Black. Shafir menggeleng dia sudah memutuskan untuk ikut. akhirnya Black Jerico mengajar Shafir masuk. ia menyalakan lampu sehingga ruangan itu nampak terang. Shafir terperangah melihat begitu banyak lukisan yang indah, tapi dari semua lukisan itu perasaan yang tergambar seperti begitu kelabu. "Kau membeli semua lukisan ini, seleramu tidak buruk, tapi hanya saja kau membeli lukisan yang terlihat sedikit, gelap dan suram ...."ujar Shafir berpendapat. Black Jerico tidak menggubris perkataan wanita itu dia hanya sibuk mencari sesuatu dia sana, sesuatu yang ia hilangkan saat menghabiskan waktu di tempat itu. "Lukisan apa ini? tidak jelas sekali? jalankan? jembatan? apa ini?" ujar Shafir yang gagal menafsirkan yang sedang ia lihat di hadapannya kali ini. lelaki itu langsung menutup lukisan itu, wajahnya seketika kaki dengan tatapan yang sulit Shafir jelaskan. sepertinya dia sudah salah dengan berpendapat tentang lukisan itu. "Maaf, aku hanya ...." "Kembali bekerja .... Sudah cukup kau melihat-lihat di sini, Bukan? Kau bisa pergi sekarang!" peringatan Black Jerico dengan nada sedikit menahan Kemarahan. Shafir terlihat cemberut, ia merasa tidak perlu segitunya. hanya karena tidak suka dengan pendapat yang ia lontarkan langsung begitu saja mengusir. Shafir langsung pergi dia meninggalkan tempat itu dan segera kembali, saat ia masuk Kepala pelayan Suesan sudah berdiri sambil memandangi dirinya. Shafir menunduk dia tahu jika dirinya mungkin ketahuan menghilang di jam kerja.. "Dari mana saja, Kau?" tanah Kepala pelayan Suesan. "Aku, Aku dari pergi ke kamar kecil, perutku sakit ... Maaf," ujar Shafir yang berbohong. "Mobil barang akan segera datang, mereka akan mengantarkan beberapa jenis anggur merah kau pilih dan data sesuai usia anggur itu, aku sudah siapakan ini, kau bisa baca agar lebih memahami, bagaimana cara menyimpan anggur yang baik dan sesuai dengan usia dan merek merek." jelas Kepala pelayan Suesan. wanita itu memberikan secarik kertas kepada Shafir laku kemudian pergi. Akhirnya ... Shafir mengerjakan pekerjaannya, dia menatap anggur yang datang sesuai dengan apa yang Kepala pelayan Suesan katakan. dia menghabiskan banyak waktu gudang anggur, yang terasa dingin. "Untuk apa membeli anggur sebanyak ini?" bermacam-macam pula." ucapnya sendiri. "Akan ada pesta yang dilakukan dalam waktu dekat, semau anggur ini sebagian untuk persiapan Pesta dan sebagian adalah koleksi Tuan Black Jerico." jawab Suesan yang entah dari kapan dia ada di sana. "Benarkah? pantas saja sangat banyak ...." guman Shafir. Suesan mendekat dia meminta kertas yang sebelumnya ia berikan kepada Shafir. wanita itupun mengembalikan kertas itu segera saat Suesan memintanya. "Kau cukup baik dalam urusan ini ...." jelas Suesan. apakah ini pujian? sungguh Shafir tidak mengira akan mendengar hal seperti itu dari mulut Wanita tua ini. "Terima kasih .... akhirnya ada hal yang bisa aku banggakan sedikit." ujar Shafir yang merasa senang. "Kau bisa melakukan semuanya dengan baik, asalkan mau belajar dan ada kemauan. tidak ada yang tidak mungkin, menggeser gunung pun mungkin jika tekad sudah bulat dan kuat." ujar Suesan. wanita tua itu berjalan menuju rak-rak seolah kembali memeriksa, dia menatap dan membenarkan beberapa posisi anggur merah yang kurang enak di pandang. "Sauvignon Blanc dan Pinot Gris?" tanya Suesan tiba-tiba. Shafir yang mendengar itu repleks berpikir mengingat apa yang ada di catatan yang sebelumnya wanita itu berikan. "Terbaik di nikmati di 6-8 derajat Celcius ..." jawab Shafir. Suesan tersenyum tipis. "Shiraz dan Cabernet Sauvignon?" " Baik di 16-18 derajat Celcius ..." "Pinot Noir?" "Terbaik di 12-14 derajat Celcius ...." Shafir menjawab dengan cepat membuat Suesan sedikit terkesan. "Kau belajar dengan cepat, kau wanita cerdas. Tidak sulit bagimu mempelajari sesuatu, aku hanya perlu fokus pada apa yang kau kerjakan ...." ucap Suesan. Shafir mengangguk, dia juga kagum pada dirinya sendiri, Black Jerico benar, semua yang dia lakukan membuat dia menemukan berbagai hal menarik dan nilai dari dirinya sendiri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN