82

1268 Kata

Sinar matahari pagi menembus celah jendela, menciptakan pola bayangan lembut di lantai kayu ruang tamu. Julian sudah bangun sejak subuh, penuh energi seperti biasanya. Bocah kecil itu kini sibuk berlarian di sekitar rumah, tertawa-tawa dengan suara khasnya yang ceria. Maya, yang baru saja keluar dari dapur setelah menyiapkan sarapan, hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum. “Nak, pelan-pelan ya larinya, nanti jatuh lagi.” Bagas, yang masih mengenakan kaos santai dan celana pendek, duduk di sofa sambil menyeruput kopi. “Biarin aja, Ma. Latihan biar makin jago lari.” Maya mendesah kecil, lalu mendekati suaminya. “Iya sih, tapi kalau dia jatuh dan nangis, yang repot siapa?” Bagas hanya nyengir sambil mengangkat bahu. “Ya ayahnya, dong.” Baru saja Bagas menyelesaikan kalimatnya,

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN