Menjadi mentari yang siap memberikan kehangatan di kala dinginnya pagi. Menjadi lili, yang menerangi kala gelap gulita meski harus membakar diri sendiri. Menjadi angin yang mengahalau gersang, hujan yang datang kala membasahi bumi yang kering. Ia akan mengusahakan untuk itu, sebagai orang yang paling peduli dan khawatir. Tidak penting bagaimana dan apa yang membuat wanitanya bersedih, tugasnya hanyalah menjadi tawa dan menyediakan pundak untuk Resya. Siang ini, di teriknya matahari yang bersinar mampu sekali membakar kulit siapapun. Bahkan menyulutkan energi yang tak terbendung. Ia sengaja tak memberitahu Resya, akan kedatangannya. Anggap saja sebagai kejutan atau apalah itu. Siang ini, entah darimana firasat itu, ia percaya bahwa pacarnya ada di pantai sedang menyendiri. Tetapi memang s