Siapa Gadis Itu, Dev 2

932 Kata
Sumi mengambil kemoceng untuk membantu Kamalia membersihkan meja yang berdebu. "Terus sekarang tinggal di mana mantan suaminya Mbak Mita?" "Masih di kota ini. Dia menikah dengan selingkuhannya. Itulah yang membuat Mbak Mita depresi dan sempat gila." Sumi menghentikan gerakan tangan dan menajamkan pendengaran. "Lia, aku turun dulu, ya. Sepertinya itu suara mobil Tuan." "Cepatnya dia kembali." "Biasanya suster yang merawat kakaknya menelepon. Meski sesibuk apa pun Tuan akan segera pulang kalau di kabari Mbak Mita histeris atau lepas kendali." Gadis itu segera meletakkan kemoceng di tempatnya, kemudian bergegas keluar. "Besok kita cerita lagi," ucap Sumi menoleh sambil melambaikan tangan. Dijawab anggukan kepala oleh Kamalia. Dikarenakan penasaran, Kamalia mengintip dari gorden jendela. Benar saja, ada dua orang yang masuk ke paviliun. Devin dan seorang pria berpakaian dokter. Di halaman depan paviliun ada dua mobil terparkir. 🌷🌷🌷 "Kamu sudah yakin kalau apa yang kamu lakukan ini tidak salah, 'kan?" tanya Devin berdiri di hadapan Kamalia. Mereka hanya terpisah meja. "Kalau Tuan tidak percaya bisa di cek sekarang. Biar aku membenahi mana yang salah." "Apa gunanya aku mempekerjakanmu kalau harus mengulang untuk mengecek lagi. Kerjakan saja, minimkan kesalahan. Aku percaya padamu." Devin melangkah masuk kamar setelah berkata demikian. Tanpa menutup pintu, pria itu melepaskan baju. Kamalia segera membalikkan badan. "Ke sini sebetar, Lia," teriak Devin dari kamar. Kamalia kaget, karena dia tahu pria itu sedang tidak memakai baju. Bahkan mungkin telah melepaskan celananya juga. "Kamalia!" "Eh, iya. Sebentar." Tergopoh-gopoh Kamalia masuk kamar dengan menundukkan kepala. "Di map itu ada file baru. Ambil dan susun sekalian," tunjuk Devin pada map biru di atas nakas. "Iya," jawab Kamalia, meskipun tidak tahu map itu ada di mana. Makanya ia mematung sambil melirik ke kira dan kanan dalam keadaan masih menunduk. "Jika kamu tidak mengangkat kepala, mana tahu map itu ada di mana. Jangan takut aku tidak akan macam-macam padamu. Mana tertarik aku dengan d**a rata milikmu." Lagi-lagi pria itu merendahkan keindahan tubuhnya. Tapi, baguslah. Itu akan membuatnya nyaman bekerja, apalagi dia mengurus segala keperluan Devin yang membuat mereka selalu bertemu, bahkan di ruangan pribadi seperti ini. Kamalia segera mengangkat kepala. Mencari keberadaan map yang dimaksud sang Tuan. Sekali lagi Devin menunjuk ke arah nakas. Setelah mengambil map, Kamalia segera bergegas keluar. 'd**a seindah ini dibilangnya rata? Hm, belum tahu dia, bahwa itu asetnya yang paling berharga setelah kegadisannya.' Gumam Kamalia dalam hati. Kembali Kamalia bertungkus lumus menyusun file. Berulang kali ia menguap menahan kantuk. Lelah. Jarum jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Pantas saja udara terasa makin dingin. "Tidurlah dulu kalau mengantuk. Jangan dipaksakan daripada nanti keliru. Itu file penting semua," ucap Devin di pintu antara kamar dan ruang kerja. "Iya." Kamalia meletakkan file terakhir yang dipegangnya di folder. Kemudian diletakkan di filing cabinet. "Lakukan lagi di waktu senggangmu saja. Besok siang Mamaku datang. Jangan sampai beliau melihatmu." Tanpa menjawab, Kamalia segera bergegas keluar dan menutup pintu secara perlahan. 🌷🌷🌷 Pagi masih berkabut saat Kamalia mencuci baju Devin. Ada beberapa kemeja mahal yang tidak boleh dicuci menggunakan mesin. "Lia, nanti Ibu mau datang. Mungkin karena Mbak Mita kambuh tadi malam." Mbok Darmi memberitahu. "Iya, Mbok. Makanya mau kuselesaikan kerjaan segera." "Sarapan dulu!" "Nanti saja, Mbok." Kamalia membereskan cucian dan ikut memasak. Ia baru tahu dari Mbok Darmi dan Sumi kalau ternyata Devin adalah seorang vegetarian. Tumis sawi, tahu goreng, dan perkedel untuk sarapan Devin disiapkan di meja makan. "Sebentar lagi Tuan akan pulang jogging dan sarapan setelah mandi. Kemudian berangkat ke perkebunan. Kamu siapin baju gantinya, Lia." Sumi memberitahu. Kamalia segera pergi ke kamar Devin. Selesai menyiapkan semuannya gadis itu kembali turun untuk mandi dan sarapan. "Buruan, Lia. Rupanya Ibu sudah datang, sekarang di paviliun." Sumi memberitahu. Usai sarapan Kamalia segera masuk kamar sambil membawa baju Devin untuk disetrika. Walaupun harus bersembunyi ia masih bisa bekerja. 🌷🌷🌷 "Siapa perempuan cantik yang ada di rumah, Dev," tanya Bu Rahma setelah selesai menyuapi Mita. Dan mendekati Devin yang duduk di sofa. "Pekerja baru atau kekasihmu?" Devin yang sibuk dengan ponselnya hanya memandang mamanya sekilas. Tidak menduga kalau Bu Rahma akan datang sepagi itu, padahal kemarin bilang akan sampai sepulang dari kampus. Tadi sempat mengirim pesan untuk memberitahu Kamalia, tapi gadis itu sepertinya tidak membuka pesannya. "Dev, jangan menyimpan perempuan hanya untuk bersenang-senang. Mama nggak suka, rumah kita jadi tempat berzina." "Dev, jawab Mama," suara Bu Rahma meninggi karena diabaikan sang putra. "Bukan kekasih, Ma. Dia pekerja baru." "Pekerja baru? Yang benar saja. Kemarin-kemarin katanya kamu nggak butuh tambahan pekerja untuk mengurus rumah. Kenapa sekarang ngambil juga. Cantik pula tuh. Jangan bohongi, Mama." "Siapa yang bohong, sih, Ma. Dia memang baru mulai bekerja kemarin." Bu Rahma berdiri sambil membenahi hijabnya. "Mama mau tanya ke dia." Wanita setengah baya itu segera bergegas keluar paviliun. Devin sudah tidak bisa mencegah. Antara dia dan sang Mama memang sama-sama keras kepala. Bagaimana jika ditanya dan Kamalia jujur, bahwa dia bekerja untuk menebus hutang pamannya. Pasti Devin akan diamuk sang Mama, karena dikira memanfaatkan keadaan. Padahal tujuan dari awal melakukan itu, karena ia ingin Eva yang masuk ke rumahnya, bukan Kamalia. Terus, pas dimana sang mama melihat gadis itu? Apa tadi sudah sempat masuk rumah? Devin berpikir keras, alasan apa yang bisa diberikan jika mamanya mengamuk. Apalagi urusan hutang itu berkaitan dengan Pak Dandi, pamannya Kamalia. Orang yang sebenarnya pernah berjasa menyelamatkan Papanya berpuluh tahun yang lalu. "Dev, dimana kamu sembunyikan gadis itu? Mama cari di vila nggak ada," tanya Bu Rahma yang kembali masuk paviliun. Devin bernapas lega. Mungkin Kamalia sudah bersembunyi di kamar rahasia itu. "Sudah pulang kali, Ma. Dia hanya bekerja paruh waktu," jawab Devin sekenanya. "Awas saja kalau kamu bohong. Disuruh buruan nikah nggak mau malah nyimpan perempuan untuk bersenang-senang." Next ....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN