"Maaf, Bu Evelyn." Evelyn menoleh saat Merry memanggil namanya dengan cukup keras. "Ada apa, Mer?" tanya Evelyn yang masih menunjukkan raut wajah murka. "Ini dokumen yang harus Ibu tanda tangani sekarang," jawab Merry yang segera meletakkan setumpuk kertas di meja Evelyn. Evelyn mengusap kasar wajahnya, mencoba meredam emosi. Setelah beberapa saat, dia kembali menatap Merry dengan raut wajah yang mulai rileks. "Si b******k itu masih mencari gara-gara, sejujurnya saya sudah lelah menghadapinya," ucap Evelyn. Merry terdiam membiarkan Evelyn meluapkan amarahnya. Setelah merasa Evelyn sudah cukup tenang, barulah Merry berkata. "Ibu seharusnya lebih berani menghadapi Pak Ronald, karena tipe seperti dia akan merasa puas saat targetnya merasa tak berdaya. "Kamu benar juga, kenapa saya bisa