Rhea masih menyibukan dirinya menatap langit-langit di atas ranjang apartemennya yang semakin akrab dengannya belakangan ini. Entah mengapa, seisi ruangan yang ia pandangi terasa semakin luas saja, memang tidak ada satu pun barang atau benda yang berkurang sama sekali di tempat ini, selain kekalutan dalam pikirannya yang berangsur-angsur menyurut. Tidak ada siapapun di ruangan itu selain dirinya sendiri dan detik jam yang sedari tadi setia menemani. Seolah-olah waktu memberinya isyarat bahwa tiada satupun rencana yang perlu ia hentikan, berjalan saja terus perlahan, tidak ada satupun detik yang akan terbuang sia-sia pikirnya. Tidak ada lagi tawar-menawar. Ia hanya perlu bertemu seseorang lagi untuk segera bisa benar-benar lega untuk menjalankan keputusan yang selama ini terus berputar-put