6

530 Kata
Ashar panik! Iya, panik.. Pa to the nik, PANIK! Laki-laki bernama lengkap Ashar Magrib tersebut tidak bisa menghentikan langkah kaki, membuatnya mondar-mandir di depan pintu ruang penanganan Vita. Padahal kalau boleh jujur, kakinya sudah letih karena menggantikkan fungsi setrikaan. Ia juga tak mengerti kenapa harus sepanik ini, padahal nih ya, Orang Tua Ashar tenang-tenang saja memainkan ponsel mereka masing-masing. Bahkan ke duanya sempat berkirim pesan tidak penting karena sedang malam berbicara. "Mas. Tuh kan Mas lagi. Gara-gara Vita deh Mamah manggil kamu Mas." gerutu sang Mama ke arahnya. Bodo amat deh. Mamanya nggak tahu apa, Ashar ini lagi dag dig dug ser... Nungguin kabar buah hatinya sama Vita. Calon cucu gembuls mereka. "Ashar duduklah, Mama pusing liat kamu." kata Liana. (Eh, btw diawal aku nulisnya liana kan?) "Ashar lagi khawatir nih Mah." kesalnya melihat ke arah sang Mamah, "Jadi mamah diem, deh ya." "Pah, tumben dia kawatir. Mama dulu masuk rumah sakit aja dia nggak segitunya Pah. Hiks." adu Liana pada Ramadhan sang suami, mengabaikan kata kurang ajar putranya diakhir kalimat. "Mah, jangan drama dulu deh. Kita lagi nungguin dokternya Vita keluar loh. Katanya mau punya anak selain Ashar yang bengal itu." Ashar menatap Papanya. Kok berasa anak tiri sih dia. Pantes Mamanya kalau balik ke Jakarta cuman pas lebaran aja. Iya lebaran, enggak termasuk lebaran haji. Katanya kalau tinggal bareng Ashar nanti yang ada mereka spot jantung katanya. Kan durhaka ya! Belum pernah dikutuk mereka atau dijadikan sinetron azab yang lagi booming itu. "Dokter gimana keadaan calon buah hati saya sama Vita dokter? Baik-baik aja kan?" tanya Ashar panik setelah dokter yang menangani Vita keluar. Dokter tersebut menyerngit bingung. Jangankan dokter, orang tua Ashar juga bingung mendengar pertanyaan putra mereka satu-satunya itu. "Anak kucing?" tanya Liana yang diabaikan oleh Ashar. Nggak penting banget becandaan mamahnya. "Dokter, jawab saya dokter. Anak saya baik-baik aja kan?" "Pah, kasihan ya Pah anak kita. Saking lamanya jomblo dia jadi kaya gitu. Halusinasi Pah." isak Liana memeluk suaminya, sekali lagi. "Duh, Maaf ya Mas. Mbaknya enggak hamil kok. Mbaknya cuman kekurangan cairan dan sedikit kelelahan. Mungkin bisa juga masuk angin kalau kata orang awam Mas. Diperut Saudari Vita memang sedikit kembung." kata suster dibelakang sang dokter. Sang dokter hanya bisa mengurit keningnya dengan aksi pertanyaan beruntun Ashar. Mana nanyanya kaya orang demo. "Jadi nggak hamil sus?" tanya Ashar. "Enggak Mas. Kalau boleh saya tahu Mas ini siapanya pasien, suaminya kok tanya pasien hamil atau tidak?" tanya sang dokter balik. "Saya.. Say.. Duh Mah jawab apa ini?" tanya Ashar pada sang Mama. "La Mbuh." (Lah, Mbuh sejenis kalimat dimana orang mengatakan mana ku tahu, begitu teman-teman) "Ish, percuma dong gue sama dia ena-ena kemaren, nggak hamil gini anaknya, ih!" kata Ashar yang ia yakini hanya dalam hati belaka. "Ashar Magrib? Apa yang kamu lakukan sama anak Mama yang bernama Vita?" pelotot tajam sang Mama yang sudah tiba-tiba berada di hadapanya. "Anu... anu ..." "Dasar penjahat kelamin, anak durhaka.. Kurang ajar.... Mama nggak pernah ajarin kamu begini ya.. Buaya darat, punya pacar malah ena-enain anak Mama Vita. Ashar MagggGGRRRIIIB." "Mamaaaa ampuuun." teriak Ashar berlari menghindari sang mama yang sepertinya akan murka tesebut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN