“Dewa!” Denisya berteriak memberontak ketika Dewa mendorongnya masuk ke kamar resornya. Resor Dewa begitu gelap, hanya sedikit cahaya yang masuk melalui celah tirai kamarnya. Denisya terduduk diatas karpet berbulu di kamar Dewa. Dirinya yang terduduk makin bergerak mundur saat Dewa mendekat kearahnya dengan sorot mata penuh amarah. Hingga Denisya tidak bisa bergerak lagi saat punggungnya membentur kasur. “Tolong, jangan…” lirih Denisya saat Dewa bersimpuh dihadapannya dan menggenggam kasar kerah kemeja Denisya. “Bukankah sudah pernah aku peringatkan untuk jangan sekali-kali berani menyulut emosiku?” geram Dewa, giginya bergemeletuk menahan amarah yang memuncak. Denisya tidak bisa menahan air matanya lagi. Ia mengalihkan tatapannya kearah lain, air matanya mulai bercucuran dan ia mu
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari