Sudah lebih dari satu jam Boby menginterogasi Lutvia. Mulai dari pertanyaan ringan sampai yang paling menekan. Akan tetapi semua itu tidak membawa hasil berarti. Wanita itu terus berkelit, mengubah-ubah pernyataan seenaknya dan membuat Boby benar-benar kehilangan kesabaran. “Sudah empat kali jawaban Anda berubah, jadi yang benar sebenarnya di mana?!” bentak Boby, suaranya menggelegar memenuhi ruangan yang remang-remang itu. Ekspresinya menunjukkan kekesalan luar biasa, rahangnya mengeras, menahan amarah yang memuncak karena tingkah laku Lutvia yang tak kunjung berhenti menunda-nunda pekerjaannya. Pertama di Yogyakarta, lalu di Bandung, tetap di Jakarta, dan jawaban terakhir di Singapura. Plin-plan sekali jawaban Lutvia, seolah-olah wanita itu sengaja mempermainkannya. Hal itu benar-b

