Sepanjang perjalanan, pikiran Sonya terus dipenuhi berbagai tanya. Hatinya penuh gejolak. Sejak tadi, dia mencoba menelepon Zeron, minimal sekadar memastikan keberadaannya, atau mengetahui alasan kenapa tidak bisa datang menjemput sendiri. Namun, semua upaya itu nihil. Panggilan tak kunjung tersambung, bahkan pesan-pesan singkatnya tak lagi dibaca apalagi dibalas. Begitu banyak pertanyaan yang ingin dia lontarkan pada Boby, terutama soal Zeron. Akan tetapi, dia urungkan semua itu. Di tengah ketidakpastian itu, Sonya memilih untuk tetap tenang, atau setidaknya terlihat demikian. Dia tahu, kepanikan tak akan menyelesaikan apa pun. Namun ketenangan itu perlahan terkikis ketika dia menyadari bahwa arah jalan yang ditempuh oleh Boby bukan jalur yang biasa dilalui jika pulang. Mata Sonya

