“Hai, Bro!” sapa sahabat-sahabat Angga ketika melihat lelaki itu datang. Mereka adu kepalan tangan sebagai ganti jabat tangan. Mereka senang melihat Angga kembali berkumpul dengan muka ceria dan nggak suntuk seperti sebelumnya. “Duh, yang udah unboxing berkali-kali. Cerah banget.” Angga melirik pada Dika dan terkekeh pelan. Sejak bertemu Kienar lagi, dia memang tidak bisa menahan hasrattnya untuk menggauli istrinya. Apa lagi Cakra seperti tahu kalau Papa Mamanya butuh waktu khusus untuk berduaan sehingga dia tidak rewel. Sepertinya Cakra memang merindukan Angga, sampai-sampai tidur pun harus dikeloni Angga baru bisa lelap. “Makanya nikah, Bro! Biar bisa kawin tanpa rasa bersalah.” “Halah! Mana ada rasa bersalah kalau kawin, sih. Rasa yang sulit dilupakan baru iya,” celetuk