“Mbak Airin ada di Surabaya, Pak.” “Oke.” Arkan menutup panggilan teleponnya setelah mendapat kabar keberadaan Airin yang sempat menghilang sejak kemarin. Arkan sedikit lega mengetahui kabar gadis itu baik-baik saja. Dia yakin kalau Airin marah padanya, karena mereka gagal menghabiskan waktu bersama di sini akibat kehadiran Maura yang tiba-tiba menyusulnya ke sini. “Hon.” Pria itu menoleh ke arah belakangnya dan mendapati sang istri yang sudah bersiap untuk keluar menikmati keindahan pulau Dewata ini. “Sudah siap?” tanyanya seraya memasukan ponsel ke saku celana belakangnya. Maura melingkarkan tangannya pada pinggang suaminya dan mereka berjalan keluar dari kamar hotel. Mereka berjalan bertelanjang kaki di tepi pantai. Semua masih berjalan baik tidak ada percakapan yang menju